Minggu, 04 Juli 2021

PERUBAHAN INTERAKSI SOSIAL DI DUNIA DIGITAL

 

PERUBAHAN INTERAKSI SOSIAL DI DUNIA DIGITAL

 

Hari/tanggal   : Kamis, 01 Juli 2021

Kehadiran Bapak Dr syarifudin Yunus,M.Pd Bak lentera dalam kegelapan, dalam webinar yang bertema Perubahan Interaksi Sosial di Dunia Digital beliau menyampaikan banyak hal yang berkaiatan dengan perubahan perilaku masyarakat di era yang serba digital sampai pada  kegiatan sosial dalam menumpaskan buta huruf aksara pada warga di kaki gunung Salak 75 km dari Jakarta ( 2018)  Bapak Dr syarifudin Yunus yang kesehariannya  sebagai Dosen Universitas Indraprasta PGRI dan STBA LIA, sebagai Trainer Nasional juga sebagai Konsultan Pendidikan, masih menyempatkan waktunya untuk melakukan ikhtiar sosial di era global untuk mewujudkan harmoni sosial di era digital.

Lebih jelasnya dipaparkan dalam  webinarnya malam ini. Beliau berpendapat bahwa Digital   bisa menjadi sebagai alat yang konstruktif dalam mendukung pembelajaran namun disisi lain digital memberikan dampak negatif yang destruktif terhadap pembelajaran yang kita programkan, Kehadiran  gawai atau  HP menjadikan dikotomi apakah kehadirannya mendukung atau tidak mendukung. Tapi realitanya terjadi pergeseran pergeseran interaksi sosial. Lalu bagaimana sikap reflektif di dunia pendidikan terhadap pergeseran pergeseran sosial terhadap dunia digital, Bagaimana kita mempertahankan survival sosial kita  terhadap mayarakat dan kemanfaatannya kepada seluruh umat ditengah ancaman era digital yang tidak bisa dibendung lagi oleh kita. Dua permasalan  itulah yang harus kita cari solusinya.

Kultur sosial saat ini sudah mengalami pergeseran adapun penyebab pergeseran itu  karena semua orang sibuk di dunia digital. Kesibukannya itu terutama pada saat gadget ada di genggamannya, bahkan meskipun duduk berdampingan mereka tidak saling melihat orang disampingnya apakah cantik, tampan atau jelek, ada orang sakit parah sekalipun. Karena semua sibuk digital  menyebabkan kurang perhatian dan kurang kepedulian terhadap sesama untuk menghindari hak itu terjadi maka mawas diri harus kita tanamkan di dunia pendidikan dan harus kita kendalikan kepada pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Di satu sisi gadget sangat menguntungkan namun disisi lain gabget jangan sampai mengabaikan perhatian kita terhadap kanan kiri kita  muka belakang kita. Saat seseorang tidak bisa keluar dari perangkat digital bisa menyebabkan sekarang ini mall mall tutup karena semua orang suka belanja on line ( on line shoping), membeli online (On line buying)  , transportasi online (On line transprt), bahkan pacaranpun juga on line (On line dating).

Kondisi seperti ini pada  akhirnya memuncul dampak Social Culture Digital, seperti :

1.      Merasa kurang

2.      Fear of missing out

3.      Memicu kecemasan

4.      Munculkan rasa depresi

5.      Efek kecanduan

6.      Tidak percaya diri

7.      mempengaruhi hubungan nyata

8.      Jadi orang lain bukan diri sendiri

 

Adapun fenomenal digital dapat kita temui  dalam penggunaan dot.com.news tumbuh

Signifikan, 75% menyatakan pakai on line media setiap hari untuk membangun ide, mencari

berita dan berkomunikasi, 66% menyatakan membaca publikasi, 60% media menyatakan

konsen dengan laporan/rumor internet, 19% melihat dari on line yg profesional, hanya 12%

menyatakan tdk memakai internet

 

Realitas digital yang kita jumpai hari ini berupa hoax, Fake news, Hate  e-jebakan kultur digital, e-speech. Maka hindari jebakan kultur digital. Kultur digital bisa merubah ego kehidupan sosial yang egois dan individualis, interaksi tatap muka tersingkirkan.

 

Digital merupakan sebab perubahan individu,  manusia menjadi revolutif dan adaptif

Terhadap digital transformasi, Perubahan perilaku, Konsumsi, Gaya hidup, Keseimbangan

relasi. Digital juga merubah interaksi sosial, perubahan ini bisa destruktif atau konstruktif hal ini berpulang pada user digital.

 

Digital bisa dimanfaatkan di dunia pendidikan masa pandemi covid 19. Menurut Deschooling

society IVAN VILLICH Sekolah bukan satu satunya tempat belajar, tidak ada lagi pemaksaan eksternal untuk belajar (materi, waktu, tugas) dan semua itu tergantung pada anak dan orang tua. Hal ini diperlukan proses bersama untuk mencari pola pola belajar yg paling sesuai dg kondisi anak lepas dari kegiatan belajar formal seperti sekolah.

 

Untuk mendobrak  kesadaran masyarakat yang terperangkap pada mitos mitos sosial tetang lembaga formal yg semakin arogan Massal namun memperkurus kemanusiaan/dehumanisasi. Maka Bapak Lentera dalam kegelapan ini (Bapak Dr Syarifudin Yunus,M.Pd) melakukan kegiatan sosial di era digital ini dengan membentuk taman bacaan bergerak (lentera Pustaka), Gerakan berantas buta aksara (GEBERBURA), kelas Pra sekolah. Yang mendasari didirikannya Taman bacaan ini adalah  persepsi tentang taman bacaan, yang menyatakan bahwa Pendidikan Non formal sama pentingnya dengan pendidikan formal uu 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Minat baca rendah serta akses buku bacaan tidak ada dan kemitraan membaca hilang

 

Bapak Dr Syarifudin Yunus menuturkan, “Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sifatnya sosial, bukan berarti tata kelolanya sembarangan. Harus profesional. TBM harus dilihat  sebagai gerakan bukan pengamatan. TBM sebagai social empowerment, bukan self empowerment”

 

Sebagai penutup Bapak Syarifudin Yunus memotivasi kita dengan kalimat penyemangat UBAH NIAT BAIK MENJADI AKSI NYATA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

REFLEKSI HOBBY PUTRA PUTRI KELAS XII TKJB