PERUBAHAN
INTERAKSI SOSIAL DI DUNIA DIGITAL
Hari/tanggal : Kamis, 01 Juli 2021
Kehadiran Bapak Dr syarifudin Yunus,M.Pd Bak lentera
dalam kegelapan, dalam webinar yang bertema Perubahan Interaksi Sosial di Dunia
Digital beliau menyampaikan banyak hal yang berkaiatan dengan perubahan
perilaku masyarakat di era yang serba digital sampai pada kegiatan sosial dalam menumpaskan buta huruf
aksara pada warga di kaki gunung Salak 75 km dari Jakarta ( 2018) Bapak Dr syarifudin Yunus yang
kesehariannya sebagai Dosen Universitas
Indraprasta PGRI dan STBA LIA, sebagai Trainer Nasional juga sebagai Konsultan
Pendidikan, masih menyempatkan waktunya untuk melakukan ikhtiar sosial di era
global untuk mewujudkan harmoni sosial di era digital.
Lebih jelasnya dipaparkan dalam webinarnya malam ini. Beliau berpendapat
bahwa Digital bisa menjadi sebagai alat
yang konstruktif dalam mendukung pembelajaran namun disisi lain digital memberikan
dampak negatif yang destruktif terhadap pembelajaran yang kita programkan, Kehadiran gawai atau
HP menjadikan dikotomi apakah kehadirannya mendukung atau tidak
mendukung. Tapi realitanya terjadi pergeseran pergeseran interaksi sosial. Lalu
bagaimana sikap reflektif di dunia pendidikan terhadap pergeseran pergeseran
sosial terhadap dunia digital, Bagaimana kita mempertahankan survival sosial
kita terhadap mayarakat dan kemanfaatannya
kepada seluruh umat ditengah ancaman era digital yang tidak bisa dibendung lagi
oleh kita. Dua permasalan itulah yang
harus kita cari solusinya.
Kultur sosial saat ini sudah mengalami pergeseran
adapun penyebab pergeseran itu karena
semua orang sibuk di dunia digital. Kesibukannya itu terutama pada saat gadget
ada di genggamannya, bahkan meskipun duduk berdampingan mereka tidak saling
melihat orang disampingnya apakah cantik, tampan atau jelek, ada orang sakit
parah sekalipun. Karena semua sibuk digital
menyebabkan kurang perhatian dan kurang kepedulian terhadap sesama untuk
menghindari hak itu terjadi maka mawas diri harus kita tanamkan di dunia pendidikan
dan harus kita kendalikan kepada pihak yang berhubungan dengan dunia
pendidikan. Di satu sisi gadget sangat menguntungkan namun disisi lain gabget jangan
sampai mengabaikan perhatian kita terhadap kanan kiri kita muka belakang kita. Saat seseorang tidak bisa
keluar dari perangkat digital bisa menyebabkan sekarang ini mall mall tutup
karena semua orang suka belanja on line ( on line shoping), membeli online (On
line buying) , transportasi online (On
line transprt), bahkan pacaranpun juga on line (On line dating).
Kondisi
seperti ini pada akhirnya memuncul dampak
Social Culture Digital, seperti :
1. Merasa
kurang
2. Fear
of missing out
3. Memicu
kecemasan
4. Munculkan
rasa depresi
5. Efek
kecanduan
6. Tidak
percaya diri
7. mempengaruhi
hubungan nyata
8. Jadi
orang lain bukan diri sendiri
Adapun fenomenal
digital dapat kita temui dalam
penggunaan dot.com.news tumbuh
Signifikan, 75% menyatakan
pakai on line media setiap hari untuk membangun ide, mencari
berita dan
berkomunikasi, 66% menyatakan membaca publikasi, 60% media menyatakan
konsen dengan laporan/rumor
internet, 19% melihat dari on line yg profesional, hanya 12%
menyatakan tdk memakai
internet
Realitas
digital yang kita jumpai hari ini berupa hoax, Fake news, Hate e-jebakan kultur digital, e-speech. Maka hindari
jebakan kultur digital. Kultur digital bisa merubah ego kehidupan sosial yang
egois dan individualis, interaksi tatap muka tersingkirkan.
Digital
merupakan sebab perubahan individu, manusia menjadi revolutif dan adaptif
Terhadap
digital transformasi, Perubahan perilaku, Konsumsi, Gaya hidup, Keseimbangan
relasi.
Digital juga merubah interaksi sosial, perubahan ini bisa destruktif atau
konstruktif hal ini berpulang pada user digital.
Digital
bisa dimanfaatkan di dunia pendidikan masa pandemi covid 19. Menurut
Deschooling
society
IVAN VILLICH Sekolah bukan satu satunya tempat belajar, tidak ada lagi
pemaksaan eksternal untuk belajar (materi, waktu, tugas) dan semua itu tergantung
pada anak dan orang tua. Hal ini diperlukan proses bersama untuk mencari pola pola
belajar yg paling sesuai dg kondisi anak lepas dari kegiatan belajar formal seperti
sekolah.
Untuk
mendobrak kesadaran masyarakat yang
terperangkap pada mitos mitos sosial tetang lembaga formal yg semakin arogan
Massal namun memperkurus kemanusiaan/dehumanisasi. Maka Bapak Lentera dalam
kegelapan ini (Bapak Dr Syarifudin Yunus,M.Pd) melakukan kegiatan sosial di era
digital ini dengan membentuk taman bacaan bergerak (lentera Pustaka), Gerakan
berantas buta aksara (GEBERBURA), kelas Pra sekolah. Yang mendasari
didirikannya Taman bacaan ini adalah persepsi tentang taman bacaan, yang menyatakan
bahwa Pendidikan Non formal sama pentingnya dengan pendidikan formal uu 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Minat baca rendah serta akses buku bacaan
tidak ada dan kemitraan membaca hilang
Bapak
Dr Syarifudin Yunus menuturkan, “Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sifatnya sosial,
bukan berarti tata kelolanya sembarangan. Harus profesional. TBM harus
dilihat sebagai gerakan bukan pengamatan.
TBM sebagai social empowerment, bukan self empowerment”
Sebagai
penutup Bapak Syarifudin Yunus memotivasi kita dengan kalimat penyemangat UBAH
NIAT BAIK MENJADI AKSI NYATA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar