MENJADI PENULIS BUKU MAYOR
Pertemuan
: 12
Gelombang
: 19
Tema
: Menjadi Penulis Buku Mayor
Narasumber
: Joko Irawan Mumpuni
Moderator
: Mr Bams
Penulis
:
Cahyati
Kehadiran Mr Bams sebagai moderator memberi
spirit menyimak materi yang dipaparkan oleh Bapak Joko Irawan. Narasumber yang satu
ini sangat ekspert.dibidang penerbit
mayor beliau Sudah hampir 20 tahun
menghidupi dunia penerbitan, penulisan dan aktif di asosiasi penerbit.
Berbagai pertanyaan
tentang syaratnya agar tulisan bisa diterbitkan oleh penerbit mayor serta perbedaannya dengan penerbit indie selalu
muncul dari banyak pihak. Dijelaskan Saat teknologi informasi belum berkembang
pesat seperti sekarang ini, orang hanya mengenal penerbit Mayor dan penerbit
Minor, masing-masing punya pendapat masing-masing. Adapun yang membedakan
penerbit mayor dan penerbit minor yaitu Jumlah terbitan buku pertahun penerbit
mayor jauh lebih banyak dibanding penerbit minor dengan jumlah yang sifatnya
relative.
Penulis merasa lebih
bangga jika karyanya diterbitkan oleh penerbit mayor. Tentunya naskah karyanya
akan dikelola lebih profesional, penerbit mayor biasanya punya fasiliatas lebih
baik, modal, percetakan, SDM juag jaringan pemasaran yang lebih luas.
Agar karya kita bisa
masuk diterima diterbitkan oleh penerbit mayor harus melalui seleksi dengan
tingkat persaingan yang sangat ketat. Contoh di Penerbit ANDI, tiap bulan
naskah yang masuk bisa sampai 300 sd 500 naskah dan yang diterbitkan hanya 50
sd 60 judul saja. tentunya sisanya dikembalikan ke penulis atau ditolak.Begitu
sulitnya menembus penerbit profesional baik yang penerbit minor apalagi
penerbit mayor, maka para penulis ada yang menerbitkan karyanya sendiri yang
saat ini penerbit seperti ini kitas sebut dengan Pnerbit Indie.
Naskah buku yang bisa diterima dan diterbitkan oleh
Penerbit Profesional seperti penerbit ANDI yaitu semua naskah buku yang sudah
dicetak mempunyai prospek penjualan yang bagus.
Buku yang bisa dijual
dipasaran dapat dikelompokkan menjadi 2, yang terdiri dari :
1.
Buku teks
Buku
teks adalah buku yang digunakan olah mahsiswa atau siswa dalam proses
pembelajaran. Ditingkat sekolah disebut buku pelajaran disingkat BUPEL
sedangkan untuk kelompok mahasiswa disebut buku perguruan tinggi disingkat
PERTI.berikut contoh buku teks
2.
Buku non teks adalah buku yang cenderung merupakan buku-buku
populer karena memang kontennya berupa apa saja yang populer dan dibutuhkan
oleh masyarakat. Berikut contoh buku non teks
Namun dalam prakteknya
pemakaian buku oleh pembacanya tidak lagi terbagi-bagi menurut
kelompok-kelompok tadi, apapun buku yang dibaca bisa dijadikan referensi untuk
praktik kehidupan sehari hari maupun dalam rangka mendapatkan jenjang akdemik
yang lebih tinggi.
Penerbit adalah lembaga
profitable yang mencari keuntungan untuk bertahan hidup dan berkembang sehingga
karyawan sejahtera, komsumen puas dalam jangka waktu yg tidak terbatas. oleh
karena itu Penerbit boleh dikatakan industri. Naskah yang masuk pun akan
dianggap sebagai bahan baku output industri, jika bahan baku bagus maka akan
menghasilkan produk yang bagus pula. Oleh karena itu para penulis dan calon
penulis harus paham cara berfikir industri penerbitan agar naskah tidak
ditolak.
Naskah yang diterima
penerbit yaitu naskah yang bisa dijadikan buku dan bukunya laku terjual dan
berbobot penilaiannya. Ini datanya yang dapat kita lihat salah satunya dari
Google Trend. dalam contoh grafik diatas kita mencoba uji apakah buku yang
membahas tentang batu akik sedang dibutuhkan masyarakat saat ini tidak. nah
ternyata tidak, buku batu akik laku sekitar tahun 2013 sd 2014. Saat ini sudah
tidak.
Hindari thema-thema yang
telah mati karena Corona. Bidang baru
karena Corona menjadi trend saat inilah yang kemungkinan laku. Peserta pelatihan
belajar menulis disarankan menentukan tema yang bagus sesuai target pasar
berkenaan dengan dampak pandemi covid 19, karena ada banyak tema yang sudah
kurang relevan, seperti tema kegiatan yang memicu kerumunan seperti tema mudik,
resepsi, even organizer dan Car Free Day dan lainnya. Namun jangan khawatir
karena narasumber menunjukkan tema yang bisa diambil saat pandemi seperti
sekarang ini yaitu tema kehidupan berkeluarga, pembelajaran dan sekolah, hidup
bersosial dan religi serta terkait belanja dan konsumsi,
Dalam
menentukan jumlah atau oplah, penerbit Andi mempertimbangkannya berdasarkan
kwadran kategori naskah. Oplah tinggi jika buku dinilai memiliki market
lebar dan lifecycle panjang, artinya buku tersebut tetap relevan di waktu yang
akan datang dan lama. Gambaran ini dapat terlihat pada gambar berikut.
Pak
Joko mengingatkan bahwa seorang penulis tidak mendapatkan kebanggaan atau
kepuasan batin atas tulisannya, melainkan juga reputasi, karir yang semakin
baik, dan uang sebagai royalti.
Kategori
penulis dapat menjadi menjadi 4:
(1) Tidak idealis dan industrialis;
(2) Tidak
idelalis dan tidak industrialis;
(3) Idealis
dan industrialis;
(4) idealis
dan tidak industrialis
Semoga
paparan ini menjadi salah satu rujukan dalam menulis bagi yang mempunya impian
naskahnya diterima di Penerbit Andi.
Pesan
Pak Joko, “karena kita adalah orang pandai, maka menulislah. Jika kita
bukan anak raja atau ulama besar, maka menulislah agar hidup kita
berguna. Sungguh menyentuh hati “.
"...
orang yang berani menulis adalah mereka yang berani bermimpi. Dan
yang membagi mimpinya kepada orang lain, adalah mereka yang siap
mewujudkan mimpinya tersebut ..." (Joko Irawan Mumpuni)
"...
semakin kita sering menulis, maka akan semakin lekatlah ilmu tersebut pada diri
kita. Dan untuk meninggikan pengetahuan yang kita miliki, sampaikanlah kepada
orang lain ..." (Joko Irawan Mumpuni)
Terima
kasih Pak Joko dan Mr. Bams telah memotivasi kami dalam perjuangan menerbitkan
buku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar