MENULIS
BUKU DARI KARYA ILMIAH
Gelombang : 19
Pertemuan :
ke – 4
Tanggal : 19 Juli 2021
Nara
Sumber : Noralia Purwa Yunita, M.Pd
Moderator : Aam Nurhasanah
Ditulis oleh : Cahyati,S.Pd
Kreatifitas menulis perlu dikembangkan agar tulisan kita
semakin beragam dan semakin menarik minat baca masyarakat. Maka sudah
sepatutnya kita selalu up date pengetahuan tentang menulis melalui berbagai
cara diantaranya dengan mengikuti pelatihan pelatihan melalui berbagai media.
Malam ini ibu Noralia mengajak kita untuk melakukan kreatifitas dalam menulis
buku dari karya ilmiah. Mencermati tema “Menulis Buku dari Karya
Ilmiah” yang dipaparkan oleh Ibu Noralita Purwa Yunita, M.Pd sebagai nara
sumber dan moderator, Ibu Aam Nurhasanah, pada kegiatan Belajar Menulis PGRI bersama
Om Jay menggelitik rasa ingin tahu saya. Bagaimana karya ilmiah yang sudah
ditulis dapat dijadikan buku
Ibu Norolita Purwa Yunita, M.Pd. yang
lahir di Kudus, 12 Juni 1989 ini adalah guru di SMP Negeri 8
Semarang. Beliau merupakan salah satu dari alumni kegiatan Belajar Menulis
PGRI bersama Om Jay Gelombang 8 yang aktif dalam Komunitas Sejuta Guru
Ngeblog.
Beliau Lulusan
S2 Univeritas Negeri Semarang ini juga aktif sebagai anggota Komunitas
Koordinator Virtual Indonesia (KKVI), anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) Prakarya dan IPA. Tak hanya itu, beliau juga mengambil peran
sebagai pembimbimng ekstrakurikuler KIR SMP. Di tengah kesibukan yang
begitu banyak, beliau tetap bisa menghasilkan tulisan yang sudah diterbitkan.
Adapun buku-buku karya Ibu Nora antara lain "Bahan Ajar Kimia SMA",
buku antologi "Kisah Inspiratif Sang Guru", "Prahara di Tengah
Pandemi", "Aku dan Corona", 1 buku seri ekoji academy, dan 1
buku solo yang telah berhasil diubah dari tesis dengan judul "Kiat Praktis
Menulis dari Tesis Menjadi Buku". Buku ini pulalah yang dapat
menjadikan bukti atas keberhasilan Narasumber dalam pembahasan tema malam ini. Ibu
Nora mengingat bagaimana perjuangan untuk membuat dan menyelesaikan
karya tulis Ilmiah (KTI), tidak sedikit pengorbanan yang harus dikeluarkan,
entah itu materi, waktu, atau bahkan psikis. Bahkan untuk sebagian orang ada
yang menyelesaikan KTI sampai menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun. Agar bermanfaat untuk masyarakat luas maka sangatlah penting
untuk mengubahnya dalam bentuk buku
Pada pembahasan
tentang Karya Tulis Ilmiah (KTI), Ibu Noralita yakin bahwa para peserta sudah
pernah membuat karya ilmiah. Contoh karya yang ditunjukkan oleh beliau
adalah skripsi untuk jenjang pendidikan S1, tesis untuk jenjang S2, dan PTK
bagi guru-guru. Skripsi dan tesis yang dibuat hanya untuk syarat kelususan
agar mendapatkan gelar. Sementara PTK bagi guru hanya utntuk perhitungan
angka kredit yang sekaligus menjadi syarat kenaikan pangkat. Selanjutnya
karya-karya ilmiah tersebut tidak dihiraukan oleh penulisnya, paling bagus
hanya menjadi koleksi perpustakaan.
KTI yang berisi
informasi penting berupa data dan temuan-temuan bagi pemecahan masalah faktual
yang dihadapi masyarakat akan menjadi tidak bermanfaat jika hanya berada di
perpustakaan, sementara dalam penulisannya begitu sulit, penuh dengan
pengorbanan lahir dan batin.
Berpijak pada
pemikiran di atas, maka akan jauh lebih berguna jika KTI tersebut diubah
menjadi buku. Adapun manfaat karya ilmiah yang dibuat dalam bentuk buku
dapat diarahkan sebagai berikut:
1. Dapat dinikmati
oleh masyarakat luas.
2. Dapat
diperjualbelikan sehingga memperoleh keuntungan materi bagi penulis.
3. Dapat dijadikan publikasi ilmiah bagi ASN sebagai poin angka
kredit. Jadi para guru
akan mendapatkan poin
angka kredit ganda dari laporan PTK sekaligus dari buku.
4. Dapat memberikan keuntungan lebih jika buku
yang ditulis diminati banyak orang.
5. Akan mengalir amal jariah karena kita telah membagikan ilmu
yang bermanfaat bagi
banyak orang.
Langkah-langkah mangubah KTI atau PTK
menjadi buku:
1.
Ubah judul KTI atau PTK kita menjadi judul
populer dengan menambahkan kata kiat, jurus, strategi, cara sukses ,
dan lain-lain.
Judul KTI versi buku hanya berfokus pada objek
penelitian saja sehingga materi, subjek, tempat penelitian tidak perlu ditulis.Sebagai contoh, judul
tesis “Pengembangan Modul Berbasis Riset pada Materi Reaksi Redoks untuk
Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas X SMA” jika diubah
menjadi buku akan menjadi “Kiat Menulis Modul Berbasis Riset”.
2.
Ubah bab I (pendahuluan) pada KTI menjadi bab
I buku
Kita dapat mengisi bab
I ini dengan memasukan permasalahan pembelajaran secara umum, dengan alasan menggunakan metode/media/model pembelajaran,
atau materi pelajaran yang
teliti. Dalam hal ini: rumusan masalah, definisi operasional, dan manfaat penelitian tidak perlu ditulis
lagi. Bab II dan seterusnya pada KTI versi buku dapat diambil secara langsung dari pengembangan
kajian teori pada bab II KTI tanpa perubahan.
Sebagai contoh bab II
KTI yang merupakan landasan teori berisi sub-bab:
2.1. hasil
belajar
2.2. media
pembelajaran
2.3. Modul
2.4. metode
pembelajaran
2.5 pembelajaran
berbasis riset
Sub-sub bab tersebut ketika menjadi buku dapat
dibuat menjadi beberapa bab yaitu
Sub bab 2.1. hasil
belajar menjadi bab 2 buku.
Bab II TEORI BELAJAR
2.1. belajar
2.2. permasalahan dalam pembelajaran
2.3. Hasil belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
Sub bab 2.2. media pembelajaran menjadi
bab 3 buku
Bab III MEDIA PEMBELAJARAN
3.1. Pengertian media
3.2. jenis media
3.3. manfaat media
Sub bab 2.3. modul menjadi bab 4 buku
Bab IV Mengenal Modul
4.1. Modul
Pengertian
4.2. Karakteristik
Modul
4.3. Modul
Sistematika
4.4. Modul Kelebihan
Dan seterusnya hingga sub bab dalam bab 2 selesai dibahas.
Dengan demikian hanya dari bab 2 KTI saja, kita sudah dapat
menuliskan/mengubahnya menjadi beberapa bab dalam buku.
Bab V buku diambil dari hasil penelitian dan pembahasan pada
KTIDalam penulisan bab V ini, kita perlu memperhatikan hai-hal sebagai berikut:
A.
Dapat diawali dengan kata pengantar "Pada
bab ini merupakan hasil dari hasil
penelitian...."
B. Kata Penelitian/ laporan PTK, laporan skripsi
dan lainnya yang biasanya ada di karya ilmiah tidak dicantumkan lagi pada buku.
C. Jika ingin
menampilkan grafik, cukup yang penting saja. gambar-grafik tersebut dalam bentuk kalimat.
3.
Bahasa dan tampilan di buku tidak dirancang, disesuaikan dengan
gaya penulis dan
pembaca pembaca. Yang terpenting adalah pembaca
menangkap pesan yang ingin
disampaikan.
4.
Ulasan mengenai kelebihan dan kelemahan
penelitian yang kita lakukan perlu
disajikan agar pembaca
yakin bahwa tulisan tersebut benar-benar hasil penelitian, bukan rekayasa.
5.
Daftar pustaka boleh menggunakan blog dengan
domain resmi, seperti
Kemendikbud.go.id,
bukan blog pribadi seperti blogspot, wordpress, dll. Juga boleh jurnal
ilmiah, e-book, atau karya ilmiah lainnya.
6.
Jumlah halaman pada buku minimal 70 halaman
format A5 dengan ukuran huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan dengan
aturan penerbit.
Agar karya ilmiah kita memiliki
manfaat yang lebih, mari kita ubah menjadi buku yang memiliki ISBN sehingga
kita bisa andil dalam mengisi daftar buku di Perpustakaan Nasional sekaligus
mensukseskan Gerakan literasi Membaca yang sudah menjadi program pemerintah.
Untuk itu sudah saatnya kita memelihara semangat untuk meningkatkan kreatifitas dalam Menulis.
Madiun,
19 Juli 2021
Nama ibu mirip dengan nama temen saya .hehe
BalasHapusResumenya lengkal Bu
Maen ke blog Sy y Jagoan Banten
Nama yang cukup padat dan singkat. Kalau boleh tahu siapa nama teman Bapak Ilalang. Ok saya tak mampir ke blog Bapak
Hapus