Senin, 14 November 2022

KOPDAR DADAKAN

 

Belum lama mentari singgah di peraduan. Aku mengambil poselku yang tergeletak ber jam-jam di atas meja. Kubuka whatshapp, barang kali ada pesan penting dari kerabat atau teman di group. Tak kusangka wapri dari seorang maestro literasi. Beliau mengirim foto dashboard mobil yang sedang dalam perjalanan. Dibawah foto dicantumkan caption “Selopuro”. Sontak aku terperanjat.  Maestro literasi yang tak lain prof Much Khoiri melewati tanah kelahiranku. Jemariku tergerak menulis di ponsel untuk menanyakan dimana posisi beliau saat itu. tak lama chat yang kukirim direspon olehnya. Beliau  menyatakan “baru tiba di Bacem”. Bacem adalah nama desa tempat tinggal orang tua professor khoiri. Di sanalah beliau dibesarkan.

Via whatsapp Aku memberanikan diri menawarkan beliau untuk singgah barang sebentar di rumahku. Tapi beliau memberikan respon bahwa malam ini hanya untuk kangen kangenan dengan bapak ibu serta berkisah banyak hal. Aku paham, kehadiran beliau yang hanya semalam itu benar benar  dimanfaatkan  untuk pelipur lara dan melepas rindu dengan orang tua. Hal ini menimbulkan rasa keinginanku untuk menemui beliau di rumahnya. Aku chat prof khoiri bahwa selepas isya’ aku dan suami mau “sowan” ke rumah. Aku lanjut menanyakan alamat kediaman orang tuanya. Tak lama berselang Prof Khoiri share lokasi.  Beliau juga menulis chat “Jika  repot tidak usah memaksakan diri untuk ke rumah”.  Bagiku perkara repot bisa diatur. Kali ini aku harus bisa bertemu beliau karena sudah puluhan tahun tidak pernah berjumpa di dunia nyata. Karena pertemuanku selama ini  sebatas tatap maya.

Usai shalat isyak aku bersama suami bergegas meluncur menuju rumah kediaman orang tua Prof Khoiri. Perjalanan menuju  di kediaman orang tuan Prof Khoiri hanya membutuhkan waktu 15 menit. Tetiba di sana diantara  remang malam kelihatan paras laki-laki berpakaian koko putih, songkok putih, sedang menikmati kesejukan udara malam. Aku berpikir orang itu adalah Prof Khoiri. Ternyata benar. Beliau Prof Khoiri yang pernah kukenal sejak kami sama sama bersekolah di SMP dan SMA.  Begitu aku melihat beliau, kami segera memarkir mobil.   Beliau pun langsung turun ke jalan untuk  membantu memarkir mobil agar tidak mengganggu lalu lintas.

Seraya turun dari mobil, beliau menjabat tanganku. Rasa terharu menyerang batinku. Aku hanya bisa berjabat tangan doang. Seandainya Prof Khoiri kaum hawa pastilah akan kupeluk dan kudekap erat erat. Cipika cipiki pastilah. Rasa bahagia yang kurasakan hanya bisa kulahirkan dalam kata kata. Adegan ini benar benar bak sebuah mimpi. Betapa tidak. Kami mulai berpisah tahun 1985. Aku  kuliah di IKIP Malang beliau di IKIP Surabaya yang sekarang disebut UNESA. Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu. Kalau dihitung sekitar 36 tahun. Hanya dunia maya yang menyatukan kami. 36 tahun tidak menghilangkan ingatanku dari  sifat humble, humoris dan bijak yang dimilikinya. Karakter itu masih terawat hingga kini. Membuat semua orang yang ada di lingkungan nya merasa nyaman dan terhibur.

Sampai di ruang tamu, aku perhatikan beliau. Ada yang beda banget dengan dulu. Apa itu?. kondisi fisik yang tumbuh subur melebar 360 derajat. Tak ada kerangka tulang yang tampak. Semuanya berisi daging. Waooo. Badan kurus rambut hitam belah tengah telah hilang.  Apapun kondisi beliau yang penting sehat dan bahagia. sudahlah kuabaikan persoalan ini. Kini mari kita beralih dengan apa isi percakapanku dengan beliau yang disaksikan oleh suamiku.

Percakapan kami di ruang tamu, dibuka oleh ayahnda Prof Khoiri. Beliau berkisah tentang teman teman di masa mudanya. Menarik juga didengarkan. Namun itu tidak berlangsung lama. Beliau segera membalikkan badan meninggalkan kami. Percakapanpun dilanjutkan oleh Prof Khoiri sebgai tuan rumah. percakapan diawali menanyakan perihal keluarga, dan teman teman sekolah, mereka bekerja apa, tinggal dimana et ce ra. Di sela sela percakapan muncul gadis cantik dengan membawa baki yang berisi teh panas dan tradisonal craker alias rangginan kesukaanku. Gadis cantik itu putrinya Prof Khoiri.  

Hari semakin malam aku masih asik mendengar suara empuk Prof Khoiri dalam menyampaikan tentang pengalaman berteman dengan anggota RVL, menjadi juri dalam apresiasi buku fiksi tingkat Provinsi Jawa Timur. Dan berbagai pesan bagaimana untuk menjadi penulis top.  Bak gayung bersambut, aku yang selama ini miskin ilmu menulis. Serasa terbangun dari tidur. Minat untuk menekuni dunia menulis tumbuh.  Banyak nutrisi yang aku peroleh pada kopdar dadakan ini. Pesan pesan yang disampaikan beliau selevel dengan materi yang ditayangkan di Zoom meeting. Padat berisi.

Beliau menyampaikan menulis adalah pekerjaan membaca. Sebagian orang mengisyaratkan  menulis berbanding lurus dengan kegiatan membaca. Hal ini jelas menambah perbendaharaan kata bagi si pembaca. Bagaimana mungkin seorang yang ingin jadi penulis hebat tapi kurang membaca. Padahal, untuk menjadi penulis diperlukan keahlian memilih dan memadu kata agar terangkai menjadi sebuah kalimat yang mudah dipahami.

Tak terasa kopdarku terhitung 90 menit. Aku segera mohon diri. khawatirnya mengganggu istirahat Prof Khoiri. sebelum kakiku melangkah lebih jauh, Prof Khoiri menyampaikan bahwa menulis itu dianalogikan sebagai ilmu tasawuf dalam islam. yang pada tahapanya dibagi menjadi 4, yaitu mulai dari syariat, tarekat, hakikat dan makrifat. Jika empat tahapan ini bisa dilalui maka tahapan menulis bisa mencapai puncak terbaik.  Mulai memahami  kaidah menulis atau tahu aturan menulis yang benar, bagaimana cara menulis yang baik sampai paham apa yang ditulis. Terus terang aku terkesima kata bijak yang  menguatkan aku untuk melanjutkan perjalanan berliterasi yaitu ungkapan Prof Khoiri yang bunyinya “Pada saatnya penjenengan akan Top. Ikuti saya ya “

Akhir kata semoga kopdar dadakan ini bisa menjadi virus yang menyebarkan aroma buku baru yang berbobot.

 




 

 

 

 




4 komentar:

  1. Terbayang before and after sosok sahabat di zaman sma..semoga silahturahmi itu membawa keberkahan dan pemantik untuk rajin berliterasi.

    BalasHapus
  2. Aamiin, terimakasih bunda Kanjeng

    BalasHapus
  3. Masyaallah. Akhirnya tulisan bisa mengabadikan persuaan beberapa saat. Semoga terus bertumbuh dan berkembang menjadi penulis yang membawa kebaikan.

    BalasHapus

Featured Post

REFLEKSI HOBBY PUTRA PUTRI KELAS XII TKJB