Tampil Menawan Menghadapi Siswa Pada Abad 21
“Seni
Tertinggi Guru adalah untuk membangun kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan
pengetahuan” (Albert Einstein, Ahli
Fisika dari Jerman dan Amerika Serikat (1879-1955))
Guru dalam menjalankan
tugasnya sering berhadapan dengan murid-muridnya yang memiliki perilaku yang
beraneka ragam. Kondisi ini merupakan konsekuensi tugas yang harus dijalankan
sepenuh hati. Menjadi seorang guru, tidak hanya sekedar berdiri di depan kelas
untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran, melainkan harus membimbing, membangun
nilai-nilai yang berawal dari hati yang
paling dalam. Mengajar dengan hati akan memberikan dampak pada sikap bijak,
tulus dan ikhlas dalam mengarungi berbagai hambatan.
Sejalan dengan itu, seorang pakar
bernama Robert K. Cooper, Ph.d pernah bertutur,
“Hati
mengefektifkan nilai-nilai kita yang paling dalam, mengubahnya dari sesuatu
yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati tahu hal-hal yang tidak,
atau tidak dapat diketahui oleh pikiran. Hati adalah sumber keberanian dan
semangat, integritas dan komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan
mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan kerjasama, memimpin dan melayani”. Namun cukupkah hanya mengajar dengan
hati?. Hal ini akan menuai berbagai pertanyaan, karena siswa
yang kita hadapi saat ini
adalah siswa yang berada dalam ruang era abad 21. Mereka merupakan bagian dari generasi z atau
milenial. Generasi ini sudah terbiasa dengan teknologi sejak lahir. Karakteristik siswa lebih berkembang, lebih kritis, kreatif,
memiliki ingin tahu yang tinggi,
kompetitif serta lebih suka dengan sesuatu yang instan dan tidak suka
belama-lama berada di kelas
Karakteristik
siswa milenial memiliki pola pikir yang maju, wawasan dan pergaulan yang luas,
serta menyukai hal yang praktis, instan tanpa menjalani proses manual, siswa lebih berkembang, lebih kritis, kreatif,
memiliki ke-ingintahu-an yang tinggi, kompetitif serta tidak suka belama-lama berada di kelas. Berbeda
dengan siswa sebelum abad 21 yang memiliki karakteristik lebih pasif, cenderung
hanya mendengarkan materi yang diberikan oleh gurunya. Kondisi ini tidak
membangkitkan tantangan peranan guru dalam menjalankan tugasnya. Guru hanya
menjalankan rutinitas mengajar di zona nyaman.
Mari! Guru Indonesia saling berkaca, introspeksi
diri apakah kita sudah melakukan perubahan dalam melakukan proses belajar
mengajar kita dalam menghadapi siswa yang
hidup di lingkungan yang semakin bergerak dengan
cepat. Jika guru hanya berjalan di tempat menikmati zona nyaman tanpa melakukan apapun maka, guru bisa kehilangan jati diri dan kepribadian yang
mengarah melupakan moral dan keunikan diri kita sendiri
dalam mengikuti lingkungan sekitar, agar
diterima saat berada di tengah-tengah siswa.
Berawal dari memahami beberapa kompetensi yang harus
dimiliki siswa abad 21, maka guru akan bisa bergerak leluasa dalam memerankan tugasnya dalam
membimbing, mendidik
dan mengajarnya. Nah, apa saja kompetensi siswa
abad 21? Guru Indonesia tentunya sangat familiar dengan istilah 4C, Critical
thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah),
Creativity (kreativitas), Communication skills (kemampuan berkomunikasi), dan
Ability to work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama).
Bertolak
dari 4C, guru dituntut memiliki kualitas
dan keterampilan yang memadai. Keterampilan yang dimaksud antara lain terampil
menggunakan teknologi, terampil mengelola informasi, terampil berinovasi serta
terampil meningkatkan diri dalam menghadapi persaingan global. Untuk mengejawantahkan
4C maka dalam proses pembelajaran, guru hendaknya:
1.
Membuat
siswa dapat berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran dengan
masalah-masalah kontekstual yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Critical
thinking and problem solving)
2.
Pembelajaran
harus menciptakan kondisi di mana siswa
dapat berkreasi dan berinovasi sehingga guru berperan sebagai fasilitator dalam
pembelajaran yang berpusat pada siswa(Creativity and innovation),
3.
Pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru dan siswa harus terjadi secara dua arah dimana
komunikasi yang terjadi yakni timbal balik antara guru dengan siswa, siswa
dengan guru, maupun antarsiswa(Communication),
4.
Proses
pembelajaran guru hendaknya menciptakan situasi dimana siswa dapat belajar
bersama-sama atau berkelompok (team work),
sehingga akan tercipta proses pembelajaran dimana siswa dapat belajar
menghargai perbedaan pendapat maupun mengerjakan tanggung jawabnya
masing-masing (Collaboration)
Jika
Guru sudah memahami tentang
karakteristik siswa abad 21. Maka guru harus bergerak dan berubah dalam membentuk siswa menjadi generasi yang mempunyai
kemampuan dan keterampilan agar bisa bersaing secara global. Kemampuan dan
keterampilan bisa dicapai dengan
penerapan metode pembelajaran yang sesuai baik dari sisi penguasaan materi
maupun keterampilan. Dalam hal ini, guru memegang peran sentral sebagai
fasilitator pembelajaran dengan memberikan fasilitasi siswa untuk berproses
menguasai materi ajar dengan berbagai sumber belajar yang telah
dipersiapkan.
Guru bukan hanya bertugas mengajar namun juga mendidik, dalam mengajar dengan transfer of
knowledge, sedangkan
mendidik dengan transformation of values. Keduanya akan membentuk sikap
dan perilaku. Menjadi seorang guru hendaknya memiliki jurus yang membuat
siswa terpesona, dengan sikapnya yang ramah
dan nyaman memberikan suasana betah apabila di dekatnya, di sisi lain guru
harus mengusai teknologi yang selalu update informasi agar familiar dengan sistem daring, dalam menyikapai
segala situasi guru harus
memiliki keterampilan mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran
Dalam menjalankan perannya guru abad 21 sebagai fasilitator, mediator,
kolaborator, dan motivator dalam proses pembelajaran. Maka guru harus mempunyai
pemahaman bahwa peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi
terus-menerus, namun peserta didik senantiasa berinteraksi dengan data dan
informasi, tidak hanya fokus pada penyajian pengetahuan sebatas sebagai fakta
dan konten, namun mempunyai orientasi pengembangan keterampilan penting abad
21, guru juga harus memahami konteks berpikir peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Selain itu, guru juga harus mengajarkan
materi pelajaran secara mendalam dengan banyak contoh dan fondasi kuat
pengetahuan faktual. Lebih penting lagi,
guru harus menguasai materi dan
strategi pembelajaran yang memudahkan
peserta didik belajar.
Banyak strategi pembelajaran yang
bisa dipilih oleh guru, namun tidak kalah pentingnya ketepatan dalam memilih strategi pembelajaran pada saat kita
menerapkan di dalam kelas. Pada saat ini guru benar benar menjadi aktor yang
diharapkan bisa memainkan perannya yang
bisa menawan penonton. Guru dituntut mampu untuk membaca
setiap tantangan yang ada pada masa kini, serta mampu mencari pemecahannya.
Pemahaman tentang keberagaman kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah juga
menjadi perhatian yang utama. Melakukan penyesuaian diri sangat dibutuhkan agar
peran guru sinergis dengan tuntutan siswa abad 21. Setidaknya guru harus memiliki karakteristik seperti berikut
ini:
1.
Adaptif
Seorang guru abad 21 harus bisa beradaptasi dengan segala
perkembangan dan perubahan yang
terjadi. Smartboard hadir menggantikan papan tulis. Tablet hadir menggantikan buku. Video conference
jadi proses pembelajaran yang lazim.
Maka guru harus bisa menyesuaikan diri dengan segala perkembangan tersebut.
2.
Life-Long Learner
Bukan hanya siswa yang dituntut untuk menjadi
life-long learner, guru juga. Guru abad 21 akan terus mengikuti trend pendidikan dan perkembangan
teknologi terupdate. Dalam hal ini guru harus menyesuaikan pembelajarannya.dimulai
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan metode pembelajaran yang lama di
update sesuai perkembangan terkini
3. Paham Teknologi
Pembelajaran di abad 21 akan banyak memanfaatkan berbagai
macam teknologi terbaru terutama
ICT, sehingga memaksa guru harus paham teknologi mulai menguasai teknis penggunaannya maupun menerapkannya dalam pembelajaran
4. Paham
Cara Berkolaborasi (bekerjasama)
Salah satu
profil guru efektif abad 21 yaitu mampu bekerja secara kolaboratif dan bisa membimbing siswa untuk berkolaborasi dalam
pembelajaran. Kolaborasi merupakan salah
satu keterampilan yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan efektivitas suatu kegiatan.
5. Berpikir
ke Depan
Salah satu peran guru dalam pembelajaran abad 21 adalah
sebagai mentor peserta didik.
Dalam tugasnya guru bukan sekedar menyampaikan materi pelajaran, tapi juga memberi pengarahan yang terkait dengan hard skill dan soft skill yang
harus dimiliki siswa dalam iklim
pendidikan 4.0
Contohnya, guru yang
memahami potensi siswanya, maka mengarahkan masa depan mereka menuju peluang karir yang sesuai.
6. Sebagai
Advokat
Seorang
guru disamping sebagai pendidik juga berperan sebagai seorang advokat untuk siswa
yang mereka didik.
Guru
harus kritis terhadap berbagai kebijakan disektor pendidikan. Memperhatikan
berbagai isu yang berkembang dan siap mengambil sikap untuk kepentingan
profesi.
Guru
juga harus bisa mengadvokasi siswa. Masalah saat pembelajaran sangat kompleks.
Terdapat banyak anak yang mengalami mental breakdown. Sehingga sentuhan kasih
sayang dan perhatian sangat dibutuhkan. Sejatinya anak- anak merindukan seseorang yang bisa jadi pendengar
yang baik, pelindung, pemberi nasehat, dan juga pemberi semangat saat dalam kondisi terpuruk.
Terlepas dari karakter yang harus dimiliki
guru abad 21, agar guru bisa tetap menawan di depan siswanya maka trik pelaksanaan pembelajaran di kelas juga harus
dikemas menjadi tampilan yang menarik untuk menepiskan rasa enggan siswa dalam
mengikuti pembelajaran mereka akan tetap eksis di dalam kelas. Trik yang bisa
dilakukan oleh guru diantaranya menciptakan
kesiapan belajar. Misalnya, secara fisik, guru memeriksa
peralatan-peralatan belajar sebelum proses pembelajaran dimulai
dan secara psikis, guru
dapat menciptakan kesiapan belajar dengan
memberikan pencerahan atau
penyadaran. Dalam kondisi apapun kesiapan
belajar sangat penting.
Peserta didik yang berada
dalam kondisi siap akan
merasa tertarik untuk
mengikuti proses pembelajaran
di kelas.
Memberikan
motivasi kepada siswa secara verbal dan non-verbal bisa dilakukan
guru sebagai penghargaan yang dilakukan
siswa ketika pembelajaran sedang berlangsung walaupun
hanya dengan memuji tulisannya. Namun ketika seorang guru
menghadapi siswa yang bermasalah usahakan
mengurangi marah yang berlebihan
(kurang manusiawi dan tidak
mendidik) karena hal ini hanya akan
memperparah keadaan dan
hanya akan menambah rasa
malas siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran di kelas
bahkan dapat membuat
siswa ketakutan dan
pada akhirnya mereka tidak
mau lagi datang
ke sekolah.
Akan
lebih bijak, dalam proses pembelajaran
di kelas guru menciptakan suasana harmonis . Kondisi ini bisa tercipta jika seorang
guru mampu menempatkan
dirinya dalam kondisi
kejiwaan siswa. Simpati
dan empati merupakan dua
unsur kejiwaan yang
sangat penting untuk memunculkan
keharmonisan. Guru yang suka melakukan canda
tawa dengan siswanya di
sekolah dapat menghilangkan rasa lelah dan jenuh terutama biasanya pada jam terakhir dalam
proses pembelajaran di kelas.
Memberikan bimbingan seperlunya juga sangat dibutuhkan
siswa ketika mereka mengalami kesulitan
mengerjakan tugas. Jika guru tidak melakukan bimbingan yang memadai maka
kesulitan akan memunculkan rasa malas untuk belajar. Tantangan lain yang yang
dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu seringnya siswa yang mengalami kebosanan dan kurang bersemangat pada saat berlangsung pembelajaran
di kelas. Dalam kondisi
seperti ini guru bisa menyelipkan unsur jenaka untuk mengurangi
ketegangan pembelajaran di kelas,
yang tentunya unsur
jenaka itu merupakan suatu
cerita humor yang mendidik dan
membuat siswa kembali segar untuk
belajar.
Memberikan reward berupa
hadiah bagi siswa yang mampu
menyelesaikan tugas atau
latihan tepat waktu dan
memperoleh nilai seratus atau jawabannya benar semua, merupakan tidakan yang
bisa memantik motivasi belajar siswa. Hal ini diharapkan bisa berimbas pada
siswa yang malas belajar. Terdapat berbagai trik untuk membangkitkan siswa
dalam belajar. Guru harus bisa memaknai
bahwa tugasnya memiliki
sentuhan seni agar keunikan dan
kreatifitas dalam menjalankan rutinitas pekerjaannya lebih bervariasi dan
menawan
Guru harus bergerak dan
berubah selaras dengan perkembangan zaman agar tetap eksis dan dirindukan
siswa.
Sudahkah para guru abad 21 menerapkan
”Pembelajaran Berbasis IT /Digital dan memiliki seni mengajar dengan hati,
mendidik dengan tulus dan ikhlas, membimbing dengan nurani, menebar inspirasi
dan kasih sayang” (Dr. Hj. FORY ARMIN NAWAY, M.Pd dalam bukunya
sang Guru)