Minggu, 26 Juni 2022

 

Tampil Menawan Menghadapi Siswa Pada Abad 21

“Seni Tertinggi Guru adalah untuk membangun kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan” (Albert Einstein, Ahli Fisika dari Jerman dan Amerika Serikat (1879-1955))

 

              Guru dalam menjalankan tugasnya sering berhadapan dengan murid-muridnya yang memiliki perilaku yang beraneka ragam. Kondisi ini merupakan  konsekuensi tugas yang harus dijalankan sepenuh hati. Menjadi seorang guru, tidak hanya sekedar berdiri di depan kelas untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran, melainkan harus membimbing, membangun nilai-nilai  yang berawal dari hati yang paling dalam. Mengajar dengan hati akan memberikan dampak pada sikap bijak, tulus dan ikhlas dalam mengarungi berbagai hambatan.

            Sejalan dengan itu, seorang pakar bernama Robert K. Cooper, Ph.d pernah bertutur,

“Hati mengefektifkan nilai-nilai kita yang paling dalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati tahu hal-hal yang tidak, atau tidak dapat diketahui oleh pikiran. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan kerjasama, memimpin dan melayani”. Namun cukupkah hanya mengajar dengan hati?. Hal ini akan menuai berbagai pertanyaan, karena siswa yang kita hadapi saat ini

adalah siswa  yang berada dalam ruang era abad 21. Mereka  merupakan bagian dari generasi z atau milenial. Generasi ini sudah terbiasa dengan teknologi sejak lahir. Karakteristik siswa lebih berkembang, lebih kritis, kreatif, memiliki ingin tahu  yang tinggi, kompetitif serta lebih suka dengan sesuatu yang instan dan tidak suka belama-lama berada di kelas

            Karakteristik siswa milenial memiliki pola pikir yang maju, wawasan dan pergaulan yang luas, serta menyukai hal yang praktis, instan tanpa menjalani proses manual,  siswa lebih berkembang, lebih kritis, kreatif, memiliki ke-ingintahu-an yang tinggi, kompetitif serta  tidak suka belama-lama berada di kelas. Berbeda dengan siswa sebelum abad 21 yang memiliki karakteristik lebih pasif, cenderung hanya mendengarkan materi yang diberikan oleh gurunya. Kondisi ini tidak membangkitkan tantangan peranan guru dalam menjalankan tugasnya. Guru hanya menjalankan rutinitas mengajar di zona nyaman.

            Mari!  Guru Indonesia saling berkaca, introspeksi diri apakah kita sudah melakukan perubahan dalam melakukan proses belajar mengajar kita dalam menghadapi siswa yang

hidup di lingkungan yang semakin bergerak dengan cepat. Jika guru hanya berjalan di tempat  menikmati zona nyaman tanpa melakukan apapun maka, guru  bisa kehilangan jati diri dan kepribadian yang  mengarah  melupakan moral dan keunikan diri kita sendiri dalam  mengikuti lingkungan sekitar, agar diterima saat berada di tengah-tengah siswa.

            Berawal dari memahami beberapa kompetensi yang harus dimiliki siswa abad 21, maka guru akan bisa bergerak leluasa dalam memerankan tugasnya dalam membimbing, mendidik  dan mengajarnya. Nah, apa saja kompetensi siswa abad 21? Guru Indonesia tentunya sangat familiar dengan istilah 4C, Critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama).

            Bertolak dari 4C, guru dituntut  memiliki kualitas dan keterampilan yang memadai. Keterampilan yang dimaksud antara lain terampil menggunakan teknologi, terampil mengelola informasi, terampil berinovasi serta terampil meningkatkan diri dalam menghadapi persaingan global. Untuk mengejawantahkan  4C maka dalam proses pembelajaran, guru  hendaknya:

1.     Membuat siswa dapat berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran dengan masalah-masalah kontekstual yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Critical thinking and problem solving)

2.     Pembelajaran harus menciptakan kondisi di mana siswa dapat berkreasi dan berinovasi sehingga guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa(Creativity and innovation),

3.     Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa harus terjadi secara dua arah dimana komunikasi yang terjadi yakni timbal balik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, maupun antarsiswa(Communication),

4.     Proses pembelajaran guru hendaknya menciptakan situasi dimana siswa dapat belajar bersama-sama atau berkelompok (team work), sehingga akan tercipta proses pembelajaran dimana siswa dapat belajar menghargai perbedaan pendapat maupun mengerjakan tanggung jawabnya masing-masing (Collaboration)

            Jika Guru sudah memahami  tentang karakteristik siswa abad 21. Maka guru harus bergerak dan berubah  dalam membentuk siswa menjadi generasi yang mempunyai kemampuan dan keterampilan agar bisa bersaing secara global. Kemampuan dan keterampilan bisa dicapai dengan penerapan metode pembelajaran yang sesuai baik dari sisi penguasaan materi maupun keterampilan. Dalam hal ini, guru memegang peran sentral sebagai fasilitator pembelajaran dengan memberikan fasilitasi siswa untuk berproses menguasai materi ajar dengan berbagai sumber belajar yang telah  dipersiapkan.   

            Guru bukan hanya bertugas mengajar namun  juga mendidik, dalam mengajar dengan transfer of knowledge, sedangkan mendidik dengan transformation of values. Keduanya akan membentuk sikap dan perilaku. Menjadi seorang guru hendaknya memiliki jurus yang membuat siswa  terpesona, dengan sikapnya yang ramah dan nyaman memberikan suasana  betah apabila di dekatnya, di sisi lain guru harus mengusai teknologi yang selalu update informasi agar  familiar dengan sistem daring, dalam menyikapai segala situasi  guru  harus memiliki keterampilan mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran

            Dalam  menjalankan perannya  guru abad 21 sebagai fasilitator, mediator, kolaborator, dan motivator dalam proses pembelajaran. Maka guru harus mempunyai pemahaman bahwa peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi terus-menerus, namun peserta didik senantiasa berinteraksi dengan data dan informasi, tidak hanya fokus pada penyajian pengetahuan sebatas sebagai fakta dan konten, namun mempunyai orientasi pengembangan keterampilan penting abad 21, guru juga harus memahami konteks berpikir peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Selain itu, guru juga harus mengajarkan materi pelajaran secara mendalam dengan banyak contoh dan fondasi kuat pengetahuan faktual.  Lebih penting lagi, guru harus  menguasai materi dan strategi  pembelajaran yang memudahkan peserta didik belajar.

            Banyak strategi pembelajaran yang bisa dipilih oleh guru, namun tidak kalah pentingnya ketepatan dalam memilih  strategi pembelajaran pada saat kita menerapkan di dalam kelas. Pada saat ini guru benar benar menjadi aktor yang diharapkan bisa memainkan  perannya yang bisa menawan penonton. Guru dituntut mampu untuk membaca setiap tantangan yang ada pada masa kini, serta mampu mencari pemecahannya. Pemahaman tentang keberagaman kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah juga menjadi perhatian yang utama. Melakukan penyesuaian diri sangat dibutuhkan agar peran guru sinergis dengan tuntutan siswa abad 21. Setidaknya guru  harus memiliki karakteristik seperti berikut ini:

1.     Adaptif

            Seorang guru abad 21 harus bisa beradaptasi dengan segala perkembangan dan      perubahan yang terjadi. Smartboard hadir menggantikan papan tulis. Tablet       hadir menggantikan buku. Video conference jadi proses pembelajaran yang     lazim. Maka guru harus bisa menyesuaikan diri dengan segala perkembangan           tersebut.

2.     Life-Long Learner

Bukan hanya siswa yang dituntut untuk menjadi life-long learner, guru juga. Guru abad 21 akan terus mengikuti trend pendidikan dan perkembangan teknologi terupdate. Dalam hal ini guru harus menyesuaikan pembelajarannya.dimulai dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan metode pembelajaran yang lama di update sesuai perkembangan terkini

3.  Paham Teknologi

            Pembelajaran di abad 21 akan banyak memanfaatkan berbagai macam teknologi        terbaru terutama ICT, sehingga memaksa guru harus paham teknologi mulai menguasai teknis penggunaannya maupun menerapkannya dalam pembelajaran

4. Paham Cara Berkolaborasi (bekerjasama)

        Salah satu profil guru efektif abad 21 yaitu mampu bekerja secara kolaboratif dan bisa     membimbing siswa untuk berkolaborasi dalam pembelajaran. Kolaborasi merupakan salah satu keterampilan yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan       efektivitas suatu kegiatan.

5.     Berpikir ke Depan

            Salah satu peran guru dalam pembelajaran abad 21 adalah sebagai mentor peserta           didik. Dalam tugasnya guru bukan sekedar menyampaikan materi pelajaran, tapi juga    memberi pengarahan yang  terkait dengan hard skill dan soft skill yang harus dimiliki           siswa dalam iklim pendidikan 4.0

            Contohnya, guru yang  memahami potensi siswanya, maka  mengarahkan masa     depan mereka menuju peluang karir yang sesuai.

6.     Sebagai Advokat

Seorang guru disamping sebagai pendidik juga berperan sebagai seorang advokat untuk siswa yang mereka didik.

Guru harus kritis terhadap berbagai kebijakan disektor pendidikan. Memperhatikan berbagai isu yang berkembang dan siap mengambil sikap untuk kepentingan profesi.

Guru juga harus bisa mengadvokasi siswa. Masalah saat pembelajaran sangat kompleks. Terdapat banyak anak yang mengalami mental breakdown. Sehingga sentuhan kasih sayang  dan perhatian  sangat dibutuhkan. Sejatinya anak- anak  merindukan seseorang yang bisa jadi pendengar yang baik, pelindung, pemberi nasehat, dan juga pemberi semangat  saat dalam kondisi terpuruk.

Terlepas dari karakter yang harus dimiliki guru abad 21, agar guru bisa tetap menawan di depan siswanya maka trik  pelaksanaan pembelajaran di kelas juga harus dikemas menjadi tampilan yang menarik untuk menepiskan rasa enggan siswa dalam mengikuti pembelajaran mereka akan tetap eksis di dalam kelas. Trik yang bisa dilakukan oleh guru diantaranya  menciptakan kesiapan belajar. Misalnya, secara fisik, guru  memeriksa   peralatan-peralatan belajar sebelum proses pembelajaran  dimulai  dan  secara  psikis, guru  dapat   menciptakan   kesiapan belajar  dengan  memberikan  pencerahan atau penyadaran. Dalam kondisi apapun kesiapan  belajar  sangat  penting.  Peserta didik  yang  berada  dalam  kondisi  siap akan  merasa  tertarik  untuk  mengikuti proses pembelajaran  di  kelas. 

            Memberikan motivasi kepada  siswa   secara verbal dan non-verbal bisa dilakukan guru sebagai penghargaan  yang  dilakukan  siswa     ketika     pembelajaran     sedang berlangsung   walaupun   hanya   dengan memuji   tulisannya. Namun ketika seorang guru menghadapi siswa  yang bermasalah usahakan mengurangi marah yang berlebihan  (kurang   manusiawi dan     tidak     mendidik) karena hal ini  hanya akan memperparah  keadaan  dan  hanya  akan menambah   rasa   malas   siswa untuk  mengikuti  proses  pembelajaran  di kelas   bahkan   dapat   membuat   siswa    ketakutan    dan    pada    akhirnya mereka    tidak    mau    lagi    datang    ke sekolah. 

            Akan lebih bijak, dalam proses pembelajaran  di kelas guru menciptakan suasana harmonis . Kondisi ini  bisa  tercipta  jika seorang  guru mampu  menempatkan dirinya  dalam  kondisi  kejiwaan  siswa.  Simpati  dan  empati  merupakan dua  unsur  kejiwaan  yang  sangat  penting untuk memunculkan keharmonisan. Guru yang suka melakukan canda   tawa   dengan siswanya   di   sekolah dapat menghilangkan rasa lelah dan jenuh terutama biasanya  pada jam terakhir   dalam  proses  pembelajaran  di kelas.

            Memberikan bimbingan seperlunya juga sangat dibutuhkan siswa ketika mereka  mengalami kesulitan mengerjakan tugas. Jika guru tidak melakukan bimbingan yang memadai maka kesulitan akan memunculkan rasa malas untuk belajar. Tantangan lain yang yang dihadapi oleh guru  dalam  proses pembelajaran yaitu  seringnya siswa yang  mengalami  kebosanan dan kurang bersemangat  pada saat berlangsung  pembelajaran  di  kelas. Dalam    kondisi    seperti ini guru bisa menyelipkan unsur jenaka untuk mengurangi ketegangan pembelajaran di kelas,  yang  tentunya  unsur  jenaka  itu merupakan   suatu   cerita   humor   yang mendidik   dan   membuat   siswa kembali segar untuk belajar.   

            Memberikan reward berupa hadiah  bagi siswa yang mampu menyelesaikan  tugas  atau  latihan  tepat waktu dan memperoleh nilai seratus atau jawabannya benar semua, merupakan tidakan yang bisa memantik motivasi belajar siswa. Hal ini diharapkan bisa berimbas pada siswa yang malas belajar. Terdapat berbagai trik untuk membangkitkan siswa dalam belajar. Guru harus bisa memaknai  bahwa tugasnya  memiliki sentuhan  seni agar keunikan dan kreatifitas dalam menjalankan rutinitas pekerjaannya lebih bervariasi dan menawan

            Guru harus bergerak dan berubah selaras dengan perkembangan zaman agar tetap eksis dan dirindukan siswa.

 

Sudahkah para guru abad 21 menerapkan ”Pembelajaran  Berbasis IT /Digital dan memiliki seni mengajar dengan hati, mendidik dengan tulus dan ikhlas, membimbing dengan nurani, menebar inspirasi dan kasih sayang”  (Dr. Hj. FORY ARMIN NAWAY, M.Pd dalam bukunya sang Guru)




 

TERJEBAK CORONA

              Jalanan  lengang, satu dua orang melangkah saling mengulur jarak, masker menutup separoh wajah merupakan pemandangan lumrah diera kehidupan normal baru. Hembus anginpun seakan berbisa. Namun tidak menyurutkan aku untuk tetap melaksanakan tugas negara dalam mengawasi ujian satuan pendidikan di sekolah menengah kejuruan tempat aku bekerja.

            Kerja di sekolah merupaka pelepas rindu dengan teman kerja dan murid meski hanya beberapa personil. Pembatasan Kegiatan Masyarakat terus diberlakukan  d  Aktivitas mlai pagi hingga petang biasa aku lakukan dengan penuh semangat.  mengisi aktivitas sehari hari tak pernah padam. Rasa senang  saya ciptakan dalam mengisi hari hariku. Namun diakhir minggu bulan maret  serasa  flu menyerangku. Badan meriang, tidak ada gairah melakukan aktivitas, raga terasa loyo. Seperti biasa untuk meringankan gejala saya minum Paracetamol.

            tiga hari aku minum paracetamol gejala flu yang kurasakan berangsur hilang. Makan, minum, tidur masih normal. Hari kelima, aku merasa ada yang aneh dalam ragaku  mata enggan terpejam, perut enggan diisi. Pikiran tidak fokus, melayang entah apa yang terjadi pada diriku. Aku tidak paham dengan diriku. Setiap hari rasa itu bergelut dengan Rasa itu. Aku tetap bertahan untuk meraih gairah hidupku yang hilang. Ku cari kemana ceriaku, kemana rasa kantukku, kemana rasa semangatku. Kusingkap lewat asa ku yang sudah membuncah. Sedari pagi hingga malam. Aku terus berjalan sesuai arus kehidupan normal. Selagi pagi aku beraktivitas sebagai seorang ibu yang harus menyiapkan sarapan untuk keluarga, selepas pagi aku bekerja  bersama teman sejawatku. Dalam senyumku dalam tawaku dalam candaku aku sembunyikan rasa  gelisahku

tak satupun teman sejawatku yang mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi di raga dan di pikiranku. Semua kubalut dengan keceriaan.

            Disaat kembali kerumah. Kegelisahan kembali merundungku hingga suatu malam  ketika  jarum jam menunjuk ke angka 14.00 mata ku tetap bening,  pikiranku mengembara  tidak ada ujung pangkalnya. Aku berusaha  mengalihkan kekalutanku dengan mendengarkan musik yang bersumber dari lap top anak bungsuku yang sedang mengerjakan tugas kuliah dikamarnya.

“Kenapa ibu belum tidur...temani aku belajar saja!” tawaran putriku.

Tanpa aku jawab, langsung kurebahkan badanku ditempat tidur samping  meja belajar anakku. Sayup sayup aku mendengar lagu “Melukis Senja” yang dilantunkan Budi Do Remi.  lirih lembut menenangkan pikiranku.  Mata beningku terlena, dalam  hitungan detik lagu itu mampu menina bobokan diriku. Aku bisa menikmati rasa kantuk. Aku tidak mendengarkan lagu itu setelah bait kedua,

Aku mengerti
Perjalanan hidup yang kini kau lalui
Ku berharap
Meski berat, kau tak merasa sendiri

Kau t'lah berjuang
Menaklukkan hari-harimu yang tak mudah
Biar ku menemanimu
Membasuh lelahmu

Saat mataku terpejam aku tidak merasakan sedang  tidur. Diriku hanya pindah dialam mimpi. Seakan aku berjalan di hamparan padang rumput sendirian disana aku tidak menemukan siapa siapa hanya hembusan angin lembut yang membuat aku terlena, rasa lemas dan  gamang, membalut diriku. diantara kegamangan itu tiba tiba  Pundakku terasa berat, ada anak kecil yang minta gendong menggelayut  tidak  mau turun, aku menolak , aku melawan anak kecil yang tidak mau  turun dari gendonganku. Aku berjalan sangat jauh. Berat rasanya. Bersamaan  dengan itu kurasakan ada sentuhan lembut. Sontak aku terbangun. Ternyata tangan  putriku sedang  memiringkan posisi kepalaku.

“ Dengkuran ibu sangat keras, tidur ibu pulas ya”.  putriku berkata dengan penuh harap

“Aku menyangkal,  Aku belum tidur”  Jawabku

Anakku tertawa  cekikikan....”sudah mendengkur  sekitar 5 menit. Kok belum tidur”

Aku abaikan celoteh putriku, aku pindah berbaring di sofa  yang ada di ruang tamu. Aku benar benar terperangkap dalam kegelisahan yang tak berujung. Aku berjuang menepiskannya tapi aku tidak bisa. Di sofa aku tetap tidak bisa tidur. Lantas kuraih buku karangan Andrea Hirata yang berjudul Edensor di atas meja sampingku. Aku baca tanpa ada rasa membaca pikiranku gamang. Aku tetap berjuang lagi melawan Rasa itu.

            Aku beranjak dari sofa menuju kamar mandi. Kubuka kran air di luar kamar mandi untuk wudhu, lalu aku ambil kitab suci Al-Qur’an. Aku baca ayat demi ayat. Itupun tidak ada rasa membaca. Aku tidak bisa menghayati apa yang aku baca. Aku letakkan kitab suciku. Aku kembali ketempat tidurku di samping suamiku yang  sebenarnya merasakan meriang, lemes dan pegel di tulang belulangnya.

            Kupandangi lingkungan sekelilingku  dengan samar. Gamang, bimbang,  nalar melayang membubung tinggi. Hela nafaspun tidak beraturan, gelisah mendekap perasaan yang tak berujung, jiwapun tidak tenang Hampa, Kosong mencekeram kedalam jiwa, hati kacau jiwa berserakan, seakan ingin berontak terbebaskan dari kegamangan kebimbangan dan kegelisahan yang setiap malam menghantui diriku.

Bibirkupun terus berucap zikir walau tidak ada penghayatan. Aku tidak tahu harus bagaimana. Hanya satu pilihan aku harus selalu mengingat kepada Lillah aku minta perlindungan dan dekapan kasihnya. Sampai pagi serasa hanya menggantang angin. Perjuanganku sia sia. Rasa gelisah, hampa dan gamang tidak mau meninggalkanku. Namun rasa itu menepis disaat aku tenggelam dalam kesibukan disiang hari.

            Menjelang hari ke sembilan gamangku berangsur menghilang. Raga dan jiwaku kembali normal. Atas KehendakNYA ini bisa terjadi. Kun fayakun. Kalau Allah berkendak maka terjadilah apa yang DIA kehendaki.  Gamang sudah menghilang dengan sendirinya. Aku lebih semangat dalam menjalani aktivitas dalam hidupku.

            Menjelang dhuhur sepulang dari sekolah. Aku menemui suamiku yang duduk di ruang tamu dengan membawa selembar kertas. Seraya menyodorkan kepadaku. “ aku tadi baru saja tes swab Antigen”, suamiku bilang ke aku, seraya minta maaf karena tidak izin aku sebelumnya.

“Kenapa tes antigen”, aku menyahutnya.

“Aku merasakan tidak enak badan, ada yang tidak biasa saya rasakan ditubuhku. Sekarang masa pandemi jadi aku beranikan diri untuk swab “. Suamiku menjelaskan. Selembar kertas yang ada ditangan suamiku aku ambil dan aku baca. Tidak ada angin tidak ada badai. Aku terperanjat yang luar biasa. Ternyata suamiku terifeksi covid 19. Sehari sesudah tes antigen  suami saya di chat via whatsapp oleh bidan desa dari puskesmas  meminta kepada suami dan saya  untuk melakukan tes swab PCR esok harinya. Terus terang saya berjuang menepiskan rasa takut. Saya terus istighfar memohon ketenangan kepada Allah. Selang satu hari hasil swab PCR keluar  kami berdua dinyatakan positif. Kami harus menjalani isolasi selama 10 hari di rumah sakit Lapangan. Kami syok sesaat. Ini adalah ujian yang harus kami jalani, kami mengumpulkan semangat untuk menghilangkan rasa takut yang telah menyelimuti kami. Kembali kami menghela  nafas panjang, kami diam sejenak, sesaat kemudian Alhamdulillah kami bisa mengumpulkan semangat untuk lebih tenang.

Pada hari yang sudah ditentukan, kami menjalani isolalasi. Perjalanan menuju rumah sakit Lapangan  hujan deras mengguyur ambulan yang meluncur ke sana Sejujurnya saya sudah tidak  merasakan sakit. Saya sehat. Karena imunitas saya kurang bagus maka fragmen virus masih terbaca oleh PCR. Saya sudah selesai sakit. Hanya suami yang masih lemas. Disana aku lebih paham tentang apa sih covid 19 itu. Aku pun sekarang tahu. Kegelisahan dan rasa gamang yang pernah saya rasakan itu sebenarnya disebabkan oleh saturasi oksigen yang rendah.

            Sebenarnya saya sudah menjalankan semua protol kesehatan, saya juga olahraga, saya juga minum vitamin Tiba-tiba saya terinfeksi COVID-19. Sayapun kaget mengapa saya menjadi orang yang terpilih.

            Aku harus mengubur pikiran negatif tentang anugerah sakit ini. Karena Justru pada saat inilah banyak kesempatan untuk belajar hidup apa adanya dan belajar mendekat pada Allah.

Rabu, 01 Juni 2022

KELAS XII TPA

 



PRO KELAS XII TPA

Tak terasa waktu telah berjalan dengan mulus halus mengantarkan kita pada ujung akhir kegiatan proses belajar mengajar. Pada kesempatan ini, saya hanya bisa menyampaikan permintaan maaf atas segala salah khilaf dan segala kekurangan dalam menyampaikan ilmu dalam kelas atau virtual.

Semoga saja sekelumit  ilmu yang saya berikan hanya sesaat, bisa menjadi anak tangga yang kokoh untuk menaiki tangga berikutnya. Kalian harus pergi lagi menuntut ilmu untuk menggapai cita-cita dan mimpi-mimpimu atau menemukan pekerjaan sesuai passionmu. Mimpi adalah kunci  kita untuk menaklukkan dunia,  Berlarilah tanpa lelah Sampai engkau meraihnya dan Bebaskan mimpimu di angkasa Warnai bintang di jiwa ( Mengutip lagu Niji, laskar Pelangi)

Kalian harapan keluarga dan bangsamu. Janganlah kau patah semangat melihat jurang terjal menganga. Di seberang sana, kan kau temukan emas dan intan berlian nan mempesona. Kau ibarat burung camar yang pergi pagi dan pulang petang membawa berita gembira kepada anak-anaknya di sarang. Sang burung membawa bekal makanan yang cukup untuk esok hari. Wahai murid-muridku kelas XII TPA , gurumu ibarat obor penerang. Cahaya yang diberikan oleh guru-gurumu harus kau bawa ke tempat kegelapan agar bisa menjadi penerang di tengah kegelapan itu. Habis Gelap Terbitlah Terang, demikian pesan ibunda pahlawan RA Kartini. Dari Kegelapan Menuju Terang Benderang (minaz zulumati ilannuur), demikian agama kita menjelaskan. Wujudkan mimpi-mimpi indahmu. Kelak kau kan tahu apa makna kehidupan. Tetapi berjalanlah di rel kehidupan yang benar. Patuhilah segala rambu dan aturan. Karena itu membawa kepada keselamatan.

 

Kebonsari, 14 Maret 2022           

Salam hangat,                                                                                                              


Jadikan Menulis Sebagai Passion

 

Jadikan Menulis Sebagai Passion

“Motto : Bersemangat mengapai ridho Allah dengan berbagi dan silaturahmi

            Malam ini kehadiran ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd sangat menginspirasi dan memotivasi saya untuk terus berjuang belajar menulis sampai mahir. Ibu Sri sugiastuti yang populer dengan sebutan ibu Kanjeng adalah Seorang guru pegiat literasi nusantara yang sudah menulis 21 buku, menjadi editor sejak tahun 2019,  menjadi Pengurus PGRI Surakarta Jawa Tengah yang lebih hebat lagi ibu kanjeng menjadi motivator yang handal sekaligus sebagai Blogger. Hobby nya yang suka silaturohim,  travelling dan membaca menjadikan ibu kanjeng lebih banyak menuai sumber ide. Dalam paparannya ibu kanjeng membuka cakrawala pengetahuan saya mengapa menulis menjadi passion yang menjanjikan.

            Menulis sebagai passion karena saat ini profesi penulis adalah salah satu pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara social dan kemampuan menulis dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir. Banyak diantara kita yang ingin menjadi penulis namun banyak yang tidak mampu mewujudkannya. Hal ini terjadi karena terdapat kendala dan hambatan yang memasung semangat kita, adapun kendala dan hambatan itu bisa berasal dari dalam kita sendiri atau dari luar seperti perasaan tidak mempunyai bakat menulis pandangan ini harus kita tepiskan karena  menulis itu bisa dilatih. Perasaan  tidak memiliki ide juga menghambat kita untuk memulai menulis. Sebenarnya ide bisa kita peroleh dari kejadian kejadian dilingkungan kita asalkan kita mau menggalinya. Menulis itu sebenarnya merupakan suatu passion atau sesuatu yang sebenarnya kita kuasai sehingga tidak ada alasan untuk tidak suka menulis, yang menjadi kendala berikutnya  yaitu tidak memiliki waktu dan tidak berani menerima kritik. Ketika dikritik kita langsung mengkeret. Pikiran negatif ini harus kita hilangkan.

            Dalam menulis kita harus tahu bagaimana alur menuju naskah yang akan menjadi buku. Dalam mewujudkannya tentunya terdapat kendala, kendala ini bisa dari segi  faktor internal atau dari kita sendiri.Ketika ada kendala maka kita perlu motivasi. Motivasi itu bisa dari siapa saja, dari membaca buku, mengikuti kelas menulis, melihat di you tube dan sebagainya. Faktor internal yang negatif kita buang, motivasi kita dorong  diimbangi dengan etos kerja yang kuat maka akan muncul suatu naskah yang akan karya tulis yang nanti akan berproses menjadi buku.

            Ketika menulis sudah kita jadikan sebuah passion, kita sudah mulai mencoret coret, itu artinya kita sudah mulai mencari ide. Dalam mencari ide dapat kita mulai dengan kata why mengapa saya menulis dan bagaimana cara menulis.

            Ada berbagai alasan kita ingin menulis, diantaranya  orientasi material, orientasi eksistensial, orientasi Personal adapun kegiatan untuk menjadi penulis yang baik kita harus tahu Berapa banyak buku dan bahan bacaan lain yang sudah pernah kita baca, Berapa sering kita mendiskusikan dan merenungkan isi buku yang pernah kita baca, Berapa sering kita mengamati dan merasakan apa yang terjadi dilingkungan kehidupan sekitar kita, Seberapa luas pergaulan dan area sosialisasi kita dengan orang lain

            Ada berbagai motivasi dalam menulis, salah satunya motivasi yang diberikan bu kanjeng dalam materi malam ini menulis dapat meraih mimpi. “Khoirunnas anfa’uhum linnas’ sebaik baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain. Dengan motivasi ini semoga dapat membuka hati  untuk lebih membuka diri dalam belajar dan mencoba untuk terus menulis.

            Beberapa kegiatan yang perlu dilakuakan agar kita  menjadi penulis yang baik antara lain Read, discuss, look and feel, socialite. Lalu langkah apa yang harus dilakukan untuk memulai dalam menulis, sebagai langkah awal yang harus kita lakukan yaitu  menggali dan menemukan gagasan/ ide kegiatan ini dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap kejadian dan peristiwa terjadi, imajinasi dan kajian pustaka. Berikutnya menentukan tujuan, genre, dan segmen membaca. Tahapan ini sangat penting dalam menulis buku. Selanjutnya  mementukan topik, dimana penulis harus tahu genre apa yang akan dipilih dan sasaran pembacanya. Kemudian  membuat outline yang merupakan kerangka diri tulisan tersebut dimana memiliki kesedeajatan yang logis, kesetaraan struktur, kepaduan dan penekanan, dan yang terakhir adalah mengumpulkan bahan materi/ buku, dalam hal ini penulis harus banyak membaca buku untuk memperkaya persfektif dan referensi sehingga banyak ide atau gagasan yang dapat dikembangkan oleh penulis.


        Adapun dalam proses menulis perhatikan berbagai faktor agar proses menulis dapat berjalan dengan lancar. Konsisten terhadap waktu yang ditentukan, disiplin terhadap waktu yang dibutuhkan, kenyamanan dalam berliterasi  dalam segi tempat dan waktu, fasilitas dalam menulis dan jaga mood diri kita agar tetap senang dan semangat dalam menulis.

            Tahapan yang harus dilewati hingga terbitnya buku adalah proses editing, Rivising, Publishing. Dimana disetiap step nya memiliki prosesnya sendiri dalam pengerjaanya. Adapun beberapa contoh karya bu kanjeng yang dapat kita lihat dari buku solo dan antologinya. Semoga semangat dan motivasi dari ibu kanjeng membangun passion kita dalam kehidupan sehari hari, dimanapun, kapanpun, bagaimna pun kita dapat melahirkan tulisan setiap hari, dimulai dari kalimat hingga menjadi paragraf. Jadikan menulis menjadi kebiasaan, agar terlahir semangat dan motivasi untuk tetap terus berkarya. kumpulkan ide yang berserakan agar terkumpul menjadi suatu karya.

        Ada berbagai  orientasi dalam  menulis. Antara lain orientasi material, orientasi eksistensial, orientasi personal, orientasi sosial, orientasi spiritual. Dalam menentuka orientasi mana yang kita pilih sifatnya relatif semua itu berpulang pada kita.

           

Resume Pertemuan Pertama

Madiun, 12 Juli 2021

Pemateri : Dra. Sri Sugiastuti, M. Pd

Moderator : Aam Nurhasanah

Featured Post

REFLEKSI HOBBY PUTRA PUTRI KELAS XII TKJB