Minggu, 26 Juni 2022

 

Tampil Menawan Menghadapi Siswa Pada Abad 21

“Seni Tertinggi Guru adalah untuk membangun kegembiraan dalam ekspresi kreatif dan pengetahuan” (Albert Einstein, Ahli Fisika dari Jerman dan Amerika Serikat (1879-1955))

 

              Guru dalam menjalankan tugasnya sering berhadapan dengan murid-muridnya yang memiliki perilaku yang beraneka ragam. Kondisi ini merupakan  konsekuensi tugas yang harus dijalankan sepenuh hati. Menjadi seorang guru, tidak hanya sekedar berdiri di depan kelas untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran, melainkan harus membimbing, membangun nilai-nilai  yang berawal dari hati yang paling dalam. Mengajar dengan hati akan memberikan dampak pada sikap bijak, tulus dan ikhlas dalam mengarungi berbagai hambatan.

            Sejalan dengan itu, seorang pakar bernama Robert K. Cooper, Ph.d pernah bertutur,

“Hati mengefektifkan nilai-nilai kita yang paling dalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati tahu hal-hal yang tidak, atau tidak dapat diketahui oleh pikiran. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan kerjasama, memimpin dan melayani”. Namun cukupkah hanya mengajar dengan hati?. Hal ini akan menuai berbagai pertanyaan, karena siswa yang kita hadapi saat ini

adalah siswa  yang berada dalam ruang era abad 21. Mereka  merupakan bagian dari generasi z atau milenial. Generasi ini sudah terbiasa dengan teknologi sejak lahir. Karakteristik siswa lebih berkembang, lebih kritis, kreatif, memiliki ingin tahu  yang tinggi, kompetitif serta lebih suka dengan sesuatu yang instan dan tidak suka belama-lama berada di kelas

            Karakteristik siswa milenial memiliki pola pikir yang maju, wawasan dan pergaulan yang luas, serta menyukai hal yang praktis, instan tanpa menjalani proses manual,  siswa lebih berkembang, lebih kritis, kreatif, memiliki ke-ingintahu-an yang tinggi, kompetitif serta  tidak suka belama-lama berada di kelas. Berbeda dengan siswa sebelum abad 21 yang memiliki karakteristik lebih pasif, cenderung hanya mendengarkan materi yang diberikan oleh gurunya. Kondisi ini tidak membangkitkan tantangan peranan guru dalam menjalankan tugasnya. Guru hanya menjalankan rutinitas mengajar di zona nyaman.

            Mari!  Guru Indonesia saling berkaca, introspeksi diri apakah kita sudah melakukan perubahan dalam melakukan proses belajar mengajar kita dalam menghadapi siswa yang

hidup di lingkungan yang semakin bergerak dengan cepat. Jika guru hanya berjalan di tempat  menikmati zona nyaman tanpa melakukan apapun maka, guru  bisa kehilangan jati diri dan kepribadian yang  mengarah  melupakan moral dan keunikan diri kita sendiri dalam  mengikuti lingkungan sekitar, agar diterima saat berada di tengah-tengah siswa.

            Berawal dari memahami beberapa kompetensi yang harus dimiliki siswa abad 21, maka guru akan bisa bergerak leluasa dalam memerankan tugasnya dalam membimbing, mendidik  dan mengajarnya. Nah, apa saja kompetensi siswa abad 21? Guru Indonesia tentunya sangat familiar dengan istilah 4C, Critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama).

            Bertolak dari 4C, guru dituntut  memiliki kualitas dan keterampilan yang memadai. Keterampilan yang dimaksud antara lain terampil menggunakan teknologi, terampil mengelola informasi, terampil berinovasi serta terampil meningkatkan diri dalam menghadapi persaingan global. Untuk mengejawantahkan  4C maka dalam proses pembelajaran, guru  hendaknya:

1.     Membuat siswa dapat berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran dengan masalah-masalah kontekstual yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Critical thinking and problem solving)

2.     Pembelajaran harus menciptakan kondisi di mana siswa dapat berkreasi dan berinovasi sehingga guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa(Creativity and innovation),

3.     Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa harus terjadi secara dua arah dimana komunikasi yang terjadi yakni timbal balik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, maupun antarsiswa(Communication),

4.     Proses pembelajaran guru hendaknya menciptakan situasi dimana siswa dapat belajar bersama-sama atau berkelompok (team work), sehingga akan tercipta proses pembelajaran dimana siswa dapat belajar menghargai perbedaan pendapat maupun mengerjakan tanggung jawabnya masing-masing (Collaboration)

            Jika Guru sudah memahami  tentang karakteristik siswa abad 21. Maka guru harus bergerak dan berubah  dalam membentuk siswa menjadi generasi yang mempunyai kemampuan dan keterampilan agar bisa bersaing secara global. Kemampuan dan keterampilan bisa dicapai dengan penerapan metode pembelajaran yang sesuai baik dari sisi penguasaan materi maupun keterampilan. Dalam hal ini, guru memegang peran sentral sebagai fasilitator pembelajaran dengan memberikan fasilitasi siswa untuk berproses menguasai materi ajar dengan berbagai sumber belajar yang telah  dipersiapkan.   

            Guru bukan hanya bertugas mengajar namun  juga mendidik, dalam mengajar dengan transfer of knowledge, sedangkan mendidik dengan transformation of values. Keduanya akan membentuk sikap dan perilaku. Menjadi seorang guru hendaknya memiliki jurus yang membuat siswa  terpesona, dengan sikapnya yang ramah dan nyaman memberikan suasana  betah apabila di dekatnya, di sisi lain guru harus mengusai teknologi yang selalu update informasi agar  familiar dengan sistem daring, dalam menyikapai segala situasi  guru  harus memiliki keterampilan mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran

            Dalam  menjalankan perannya  guru abad 21 sebagai fasilitator, mediator, kolaborator, dan motivator dalam proses pembelajaran. Maka guru harus mempunyai pemahaman bahwa peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi terus-menerus, namun peserta didik senantiasa berinteraksi dengan data dan informasi, tidak hanya fokus pada penyajian pengetahuan sebatas sebagai fakta dan konten, namun mempunyai orientasi pengembangan keterampilan penting abad 21, guru juga harus memahami konteks berpikir peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Selain itu, guru juga harus mengajarkan materi pelajaran secara mendalam dengan banyak contoh dan fondasi kuat pengetahuan faktual.  Lebih penting lagi, guru harus  menguasai materi dan strategi  pembelajaran yang memudahkan peserta didik belajar.

            Banyak strategi pembelajaran yang bisa dipilih oleh guru, namun tidak kalah pentingnya ketepatan dalam memilih  strategi pembelajaran pada saat kita menerapkan di dalam kelas. Pada saat ini guru benar benar menjadi aktor yang diharapkan bisa memainkan  perannya yang bisa menawan penonton. Guru dituntut mampu untuk membaca setiap tantangan yang ada pada masa kini, serta mampu mencari pemecahannya. Pemahaman tentang keberagaman kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah juga menjadi perhatian yang utama. Melakukan penyesuaian diri sangat dibutuhkan agar peran guru sinergis dengan tuntutan siswa abad 21. Setidaknya guru  harus memiliki karakteristik seperti berikut ini:

1.     Adaptif

            Seorang guru abad 21 harus bisa beradaptasi dengan segala perkembangan dan      perubahan yang terjadi. Smartboard hadir menggantikan papan tulis. Tablet       hadir menggantikan buku. Video conference jadi proses pembelajaran yang     lazim. Maka guru harus bisa menyesuaikan diri dengan segala perkembangan           tersebut.

2.     Life-Long Learner

Bukan hanya siswa yang dituntut untuk menjadi life-long learner, guru juga. Guru abad 21 akan terus mengikuti trend pendidikan dan perkembangan teknologi terupdate. Dalam hal ini guru harus menyesuaikan pembelajarannya.dimulai dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan metode pembelajaran yang lama di update sesuai perkembangan terkini

3.  Paham Teknologi

            Pembelajaran di abad 21 akan banyak memanfaatkan berbagai macam teknologi        terbaru terutama ICT, sehingga memaksa guru harus paham teknologi mulai menguasai teknis penggunaannya maupun menerapkannya dalam pembelajaran

4. Paham Cara Berkolaborasi (bekerjasama)

        Salah satu profil guru efektif abad 21 yaitu mampu bekerja secara kolaboratif dan bisa     membimbing siswa untuk berkolaborasi dalam pembelajaran. Kolaborasi merupakan salah satu keterampilan yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan       efektivitas suatu kegiatan.

5.     Berpikir ke Depan

            Salah satu peran guru dalam pembelajaran abad 21 adalah sebagai mentor peserta           didik. Dalam tugasnya guru bukan sekedar menyampaikan materi pelajaran, tapi juga    memberi pengarahan yang  terkait dengan hard skill dan soft skill yang harus dimiliki           siswa dalam iklim pendidikan 4.0

            Contohnya, guru yang  memahami potensi siswanya, maka  mengarahkan masa     depan mereka menuju peluang karir yang sesuai.

6.     Sebagai Advokat

Seorang guru disamping sebagai pendidik juga berperan sebagai seorang advokat untuk siswa yang mereka didik.

Guru harus kritis terhadap berbagai kebijakan disektor pendidikan. Memperhatikan berbagai isu yang berkembang dan siap mengambil sikap untuk kepentingan profesi.

Guru juga harus bisa mengadvokasi siswa. Masalah saat pembelajaran sangat kompleks. Terdapat banyak anak yang mengalami mental breakdown. Sehingga sentuhan kasih sayang  dan perhatian  sangat dibutuhkan. Sejatinya anak- anak  merindukan seseorang yang bisa jadi pendengar yang baik, pelindung, pemberi nasehat, dan juga pemberi semangat  saat dalam kondisi terpuruk.

Terlepas dari karakter yang harus dimiliki guru abad 21, agar guru bisa tetap menawan di depan siswanya maka trik  pelaksanaan pembelajaran di kelas juga harus dikemas menjadi tampilan yang menarik untuk menepiskan rasa enggan siswa dalam mengikuti pembelajaran mereka akan tetap eksis di dalam kelas. Trik yang bisa dilakukan oleh guru diantaranya  menciptakan kesiapan belajar. Misalnya, secara fisik, guru  memeriksa   peralatan-peralatan belajar sebelum proses pembelajaran  dimulai  dan  secara  psikis, guru  dapat   menciptakan   kesiapan belajar  dengan  memberikan  pencerahan atau penyadaran. Dalam kondisi apapun kesiapan  belajar  sangat  penting.  Peserta didik  yang  berada  dalam  kondisi  siap akan  merasa  tertarik  untuk  mengikuti proses pembelajaran  di  kelas. 

            Memberikan motivasi kepada  siswa   secara verbal dan non-verbal bisa dilakukan guru sebagai penghargaan  yang  dilakukan  siswa     ketika     pembelajaran     sedang berlangsung   walaupun   hanya   dengan memuji   tulisannya. Namun ketika seorang guru menghadapi siswa  yang bermasalah usahakan mengurangi marah yang berlebihan  (kurang   manusiawi dan     tidak     mendidik) karena hal ini  hanya akan memperparah  keadaan  dan  hanya  akan menambah   rasa   malas   siswa untuk  mengikuti  proses  pembelajaran  di kelas   bahkan   dapat   membuat   siswa    ketakutan    dan    pada    akhirnya mereka    tidak    mau    lagi    datang    ke sekolah. 

            Akan lebih bijak, dalam proses pembelajaran  di kelas guru menciptakan suasana harmonis . Kondisi ini  bisa  tercipta  jika seorang  guru mampu  menempatkan dirinya  dalam  kondisi  kejiwaan  siswa.  Simpati  dan  empati  merupakan dua  unsur  kejiwaan  yang  sangat  penting untuk memunculkan keharmonisan. Guru yang suka melakukan canda   tawa   dengan siswanya   di   sekolah dapat menghilangkan rasa lelah dan jenuh terutama biasanya  pada jam terakhir   dalam  proses  pembelajaran  di kelas.

            Memberikan bimbingan seperlunya juga sangat dibutuhkan siswa ketika mereka  mengalami kesulitan mengerjakan tugas. Jika guru tidak melakukan bimbingan yang memadai maka kesulitan akan memunculkan rasa malas untuk belajar. Tantangan lain yang yang dihadapi oleh guru  dalam  proses pembelajaran yaitu  seringnya siswa yang  mengalami  kebosanan dan kurang bersemangat  pada saat berlangsung  pembelajaran  di  kelas. Dalam    kondisi    seperti ini guru bisa menyelipkan unsur jenaka untuk mengurangi ketegangan pembelajaran di kelas,  yang  tentunya  unsur  jenaka  itu merupakan   suatu   cerita   humor   yang mendidik   dan   membuat   siswa kembali segar untuk belajar.   

            Memberikan reward berupa hadiah  bagi siswa yang mampu menyelesaikan  tugas  atau  latihan  tepat waktu dan memperoleh nilai seratus atau jawabannya benar semua, merupakan tidakan yang bisa memantik motivasi belajar siswa. Hal ini diharapkan bisa berimbas pada siswa yang malas belajar. Terdapat berbagai trik untuk membangkitkan siswa dalam belajar. Guru harus bisa memaknai  bahwa tugasnya  memiliki sentuhan  seni agar keunikan dan kreatifitas dalam menjalankan rutinitas pekerjaannya lebih bervariasi dan menawan

            Guru harus bergerak dan berubah selaras dengan perkembangan zaman agar tetap eksis dan dirindukan siswa.

 

Sudahkah para guru abad 21 menerapkan ”Pembelajaran  Berbasis IT /Digital dan memiliki seni mengajar dengan hati, mendidik dengan tulus dan ikhlas, membimbing dengan nurani, menebar inspirasi dan kasih sayang”  (Dr. Hj. FORY ARMIN NAWAY, M.Pd dalam bukunya sang Guru)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

REFLEKSI HOBBY PUTRA PUTRI KELAS XII TKJB