Bertepatan
Ramadhan ke-11, minggu 2/03/2023, dihelat acara tedhak siten Baby Naya, putri
kedua dari pasangan Agung-Tiara. Acara ini digelar dikediamannya di Jalan
Mutiara 1 RT.44 RW.05 Griya Segaran Permai Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
Tedhak Siten dihadiri oleh seluruh keluarga dan kerabat. Turut diundang juga
anak-anak tetangga sekitar komplek perumahan. Penyajian acara bernuansa
sederhana namun meriah.
Jelang ashar, seluruh
piranti mulai bubur 7 warna, tangga yang terbuat dari tebu, kurungan,
perlengkapan pakaian, bak mandi dengan bunga setaman sudah disiapkan. Diselimuti
cuaca mendung acara segera dimulai. Lantunan bacaan basmalah membuka acara
tersebut. Pada tahap pertama Baby Naya dimandikan dengan kembang setaman (bunga
setaman), dengan tujuan nantinya si anak mempunyai nama yang harum dan mampu
membawa nama baik keluarga, agama dan berguna bagi masyakarat. Baby Naya
dimandikan oleh pengasuhnya. Penuh suka cita dan kegembiraan tersirat di wajah
Baby Naya.
Selepas mandi seperangkat
pakaian yang sudah tersedia dipakaikan ditubuh si mungil baby Naya. si anak
didandani dengan pakaian yang bagus dan bersih. Hal ini mengandung makna supaya
mempunyai jalan kehidupan yang bagus dan mampu membanggakan keluarga.
Kebugaran,
keharuman dan kecantikannya membuat semua teman-teman yang diundangnya ingin
memegang dan menciumnya, namun tunggu dulu. Baby Naya sungkem Mama Tiara
terlebeh dahulu. Tepat dihadapan mama, tangan mungilnya sontak meraih lengan mama
yang sejak tadi sudah menunggunya. Selanjutnya Mama Tiara menuntun Baby
Naya berjalan maju dengan menginjak bubur yang terbuat dari beras ketan
dengan tujuh warna. Yaitu warna merah, putih, kuning, hijau, biru, ungu dan
orange. Warna-warni beras ketan tersebut menggambarkan warna-warni kehidupan.
Sedangankan angka tujuh dalam bahasa Jawa artinya pitu. Mengandung makna
pitulungan atau pertolongan. Pada saat Baby Naya berjalan melewati warna demi
warna dari beras ketan tersebut, diharapkan si anak mampu melewati tahapan demi
tahapan dalam kehidupannya kelak.
Sampai
pada injakan ketujuh Baby Naya dituntun
menaiki tangga yang terbuat dari tebu. Tebu disini merupakan singkatan dari
antebing kalbu, atau mantapnya hati. Sehingga diharapkan anak mempunyai
kemantapan hati dalam menjalani kehidupan. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa
sampai tua. Yang terakhir Baby Naya dimasukkan ke dalam kurungan yang sudah
dihias dengan dipangku oleh salah satu kakak yang hadir. Sedangkan kurungan
merupakan lambang dari dunia. Artinya si anak sudah mulai memasuki dunia nyata
dalam kehidupannya. Tahapan selanjutnya para kerabat menyebar uang logam yang sudah dicampur dengan
berbagai macam bunga. Hal ini mengandung makna, kelak si anak mempunyai sifat
dermawan, gemar ber-shodaqoh sehingga rejekinya lancar. Saat penyebaran uang
logam menjadi puncak acara tedhak sinten Baby Naya. seluruh anak anak kecil
yang hadir keroyokan ingin mendapatkannya.
Ritual
tedhak siten atau lazim disebut piton-piton sarat makna dan nilai filosifis. Hal
ini tergambar dari seluruh rangkaian prosesi yang sudah dilaksanakan Baby
Naya. bahwa persiapan seorang anak dari
kecil sampai dewasa untuk menjalani setiap fase kehidupan dengan baik dan benar
sehingga diharapkan sukses di masa depannya. Sedangkan bagi para leluhur,
ritual adat ini merupakan wujud penghormatan bagi bumi sebagai tempat bagi si
kecil yang mulai belajar berjalan dengan diiringi do’a- do’a baik dari orang
tua maupun sesepuh.
Masyarakat
Jawa yang memiliki balita berusia antara
tujuh atau delapan bulan sudah waktunya mengenalkan pertama kalinya kaki si anak
menyentuh tanah. Saat inilah si anak diharapkan tumbuh menjadi anak yang
mandiri dan mampu menghadapi setiap godaan atau rintangan dalam hidupnya.
Selain itu upacara tedhak siten juga mempunyai makna kedekatan anak dengan ibu
pertiwi sebagai tanah kelahirannya.