Rabu, 29 Maret 2023

ENDLESS LOVE


Keluarga bahagia dan harmonis tentu jadi impian banyak orang. Pasalnya, keluarga bahagia bisa menjadi tempat ternyaman di dunia ini. Keluarga bahagia tak selalu muncul dari hal-hal mewah melainkan bisa dari hal sederhana.

Hidup bersama keluarga  sungguh membahagiakan. Rasa bahagia yang tak berkesudahan. Nuansa ini lambat laun akan berkurang manakala anak anak semakin dewasa. Mereka akan menentukan nasibnya sendiri. Mereka akan tinggal dimana, bekerja apa, menikah dengan siapa. Hak kepemilikan orang tua terhadap mereka akan merenggang. Sejalan dengan pertambahan umur orang tua, si anak pun tumbuh berkembang sesuai dengan kodratnya. Ketika mereka dalam usia teenager, suasana Tangisan dan gelak tawa dikala sang anak bermain-main belum bisa kulupakan,  lukisan tangan yang ditempelkan di pintu kamar masih terpampang meskipun sebagian warna sudah pudar. Boneka teletabis, putri salju, shound the sheep, froggy dan masih banyak beragam boneka masih terpampang di almari kaca di sudut ruang tamu. Mobil mobilan dan berbagai robot masih tersimpan di box mainan dan di buffet ruang tamu. Saat ini di usiaku yang sudah senja mereka tumbuh dewasa. Si sulung  sudah berkeluarga. Dia menempati Perumahan yang tidak jauh dari rumahku. Putra keduaku tinggal di Jakarta. Dia berkarier di bidang desain grafis. Sedangkan putri bungsuku masih  kuliah di Universitas Negeri Malang semester 7. 

Di rumah, hanya aku dan suami. Hari-hariku banyak tersita di sekolah, karena kami  berprofesi sebagai  guru. Kepadatan aktivitas di sekolah mampu menepiskan rasa kesepian yang selama ini berkecamuk di pikiranku. Aku mengalihkan kesepianku dengan berkomunikasi via gadget dalam frekuensi sering. walaupun tidak sepenuhnya mampu menghalau kesepian dan kerinduan pada mereka.  Namun setidaknya sudah menyejukkan hati. Nuansa kesejukkan yang semilir di relung hati  menjadi taman indah. Di taman itu ada anak anak yang sholih sholihah anak mantu dan cucu cantik. Pergulatan rasa ini terkadang membuatku tak kuasa menahan air mata. Ingin kudekap mereka tapi hanya sebatas angan-angan. Hanya do’a yang bisa membersamai mereka, agar perjuangan dalam menggapai cittanya dimudahkan Tuhan.

Impian dan cita cita mereka tidak sama. Anak sulung lebih menyukai jenis pekerjaan administrative atau zona nyaman, anak kedua lebih menyukai pekerjaan yang tidak mengikat di zona bebas, sedangkan si bungsu lebih meyukai bekerja di dunia pendidikan. Aku memberikan kebebasan pada mereka dalam memilih impian dan cita citanya.

Sebagai ibu, aku harus kuat. Menghadapi situasi dikala anak anaknya yang masih di laga perjuangan. Si sulung yang masih menata kehidupan rumah tangganya, serta adik adiknya yang masih meng-up grade dirinya untuk mewujudkan impiannya.  Semua itu menjadikan aku semakin kuat dalam berdoa dan ikhtiar. Lewat anak-anak yang Tuhan titipkan, aku belajar bagaimana menjadi kuat, sabar, dan berharap pertolongan hanya kepada-Nya

Aku beruntung memiliki suami setia dan 3 anak yang baik sholih sholihah. Aku bangga  melihat mereka tumbuh dan berkembang. Kehadiran  mereka membuatku semangat dalam berdo’a dan ikhtiar. Satu hal yang kupercaya, Tuhan selalu bersama kami. Memberikan  kasih sayang dan pertolongan yang tak terbatas. Perjalanan panjang yang telah kutempuh mengisyaratkan aku untuk terus berbenah. Menyadari bahwa hidup itu menjalani kodrat yang harus dilaksanakan mulai menikah, punya anak, bekerja, punya anak lagi, menyekolahkan sampai mendapatkan pekerjaan yang layak untuk bekal perjalanan bersama keluarganya kelak.  

Memberikan cinta dan kasih sayang  serta  mencukupi kebutuhan mereka, mendukung cita-cita masa depan mereka merupaka episode yang harus kujalani. Berharap  hingga tumbuh dan berkembang menjadi  mandiri. Bahagia yang dirasakan  anak anak berarti juga bahagiaku. Cinta yang kuberikan serta ketulusan perhatianku kepada anak, hingga doa terbaik kepada mereka meneguhkan diriku dalam bermunajat kepada Tuhanku.

 

Kata-kata Kahlil Gibran tentang anak-anak….

Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.

Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.

Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.

Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.

Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.

Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.

Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.

Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.

adekrawi.wordpress.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

REFLEKSI HOBBY PUTRA PUTRI KELAS XII TKJB